Hai Sobat Dy, kali ini saya kembali lagi untuk mereview sebuah teenlit karya Sinta Yudisia, salah satu penulis senior warga Surabaya, lho. Penulis dengan segudang prestasi ini tinggal di Surabaya bagian timur.
Salah satu karyanya pada 2017 adalah Sophia & Pink. Sampul bukunya cewek banget kan ya, merah muda sesuai dengan nama salah satu tokoh di buku karyanya, yaitu Pink. Dua tokoh utama yang diceritakan di buku ini adalah Sophia dan Pink, keduanya adalah siswi SMA Utama, salah satu SMA di Surabaya.
Latar cerita yang digunakan adalah kota Surabaya, sesuai dengan kota dimana penulis tinggal. Sebagian besar ceritanya diisi dengan cerita Sophia, sedangkan Pink yang notabene murid baru di SMA Utama hanya diceritakan di beberapa bab saja. Yuk ah simak review perjalanan Sophia mencari cinta di buku Sophia & Pink berikut!
Spesisifikasi Buku
Judul buku : Sophie & Pink
Penulis : Sinta Yudisia
Penerbit : PT. Mizan Pustaka
Distributor e-book : Mizan Digital Publishing
ISBN : 978-602-242-480-2
Jumlah halaman : 180
Kali ini saya meminjam salah satu koleksi Ipunas, seperti novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi yang juga best seller. Saat ini durasi meminjam buku di Ipunas lebih lama dibandingkan sebelumnya. Sobat Dy juga dapat dengan mudah meminjam buku di Ipunas, koleksinya pun lumayan banyak.
Jika koleksi buku yang Sobat Dy ingin pinjam sedang dipinjam anggota Ipunas lain, Sobat Dy dapat memilih fitur antri. Sehingga nanti akan mendapatkan notifikasi jika sudah ada anggota yang mengembalikan.
Sebelum meminjam Sobat Dy juga dapat membaca penilaian dari pembaca buku sebelumnya dan sinopsis buku. Biasanya saya menggunakan fitur ini sebelum memutuskan meminjam sebuah buku.
Mengapa Memilih Teenlit
Sebetulnya bukan tanpa sengaja saya memilih teenlit. Selain ingin menyelami kembali dunia remaja yang dulu pernah saya lalui juga, saya juga ingin belajar cara menulis teenlit. Salah satunya cerita pendek tentang remaja yang saya tulis adalah Pacar Virtual Jose. Sudah lama tidak menulis fiksi membuat saya kangen menulis kembali tetapi bingung mau mulai dari mana. Sehingga saya memulainya dengan membaca teenlit.
Sulung saya beranjak dewasa, tahun ini ia akan masuk ke salah satu Madrasah Tsanawiyah di kabupaten Sidoarjo, kabupaten yang terkenal dengan sebutan Kota Udang dan Kota Bandeng. Dua hewan air yang juga menjadi logo Kabupaten Sidoarjo. Hal ini yang menyebabkan saya menyelami kehidupan remaja, karena saya pun tidak mungkin membesarkan anak saya seperti saya dibesarkan dulu.
Seperti pesan Ali bin Abi Thalib, yaitu "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian."
Walaupun ada jeda waktu sekitar tujuh tahun dari buku ini terbit hingga saya membacanya, tak mengapa setidaknya masih lebih update dibandingkan saat saya remaja, bukan. Dunia berubah begitu pula cara mendidik anak. Jika saya termasuk golongan gen X, sedangkan anak saya gen Alpha. Rentang usia yang cukup lebar, bukan?
Sophia Mencari Cinta
Novel ini dibuka dengan cerita yang berjudul Senin Upload. Di mana hari Senin umumnya macet di mana-mana, mobil dan sepeda pun bergegas melaju di jalan raya. Tentunya semua memiliki kepentingan masing-masing dan yang terpenting tidak terlambat sampai di tempat tujuan.
Sophia, tokoh utama novel ini setiap hari mengayuh sepeda roda duanya ke sekolah. Hal ini ini dilakukannya bukan karena dia terpaksa, tetapi karena dia gemar mengayuh sepeda. Sehingga walaupun dia gemar makan, tetapi badannya tetap ramping. 20 menit ditempuhnya setiap hari dari rumah ke sekolah.
Sophia merupakan sosok yang pintar, cantik, dan ramah sehingga wajar dia ditunjuk menjadi ketua kelas 2 IPS, salah satu wewenangnya adalah menentukan warna dinding kelas. Tak hanya dikenal oleh kalangan siswa, Sophia juga dikenal oleh jajaran guru.
Sophia merupakan sosok yang populer di sekolahnya. Sebetulnya hal ini tidak membuatnya sombong, tapi dia sedikit terusik dengan kehadiran murid baru yang bernama Pink. Gadis cantik, berwajah oriental dan langsing. Rambutnya panjang terurai melewati bahu.
Walaupun Sophia menyangkal rasa tidak sukanya pada Pink, tetapi hal ini terbukti dari perbuatannya pada Pink yang mengabaikan permintaan pertemanan di media sosial, hingga tidak menanggapi Pink yang mengajaknya bicara.
Namun, sebuah tugas memaksa mereka untuk bekerja sama, karena secara abjad kebetulan nama mereka berdekatan. Kelompok yang telah ditentukan tersebut beranggotakan Sophia, Pink, serta Vandes. Salah satu teman laki-laki yang dekat dengan Sophia adalah Vandes, tapi bukan pacar Sophia, lo.
Sophia belum mengenal rasanya jatuh cinta. Apakah benar dia jatuh cinta pada Vandes atau Pak Ragil, salah satu guru di sekolahnya, sekaligus guru favoritnya. Selain penampilannya yang maskulin, Pak Ragil juga termasuk seorang yang taat beribadah.
Tidak hanya itu, Pak Ragil juga yang memberikan pemahaman pada Sophia di saat dia kebingungan mengapa ayahnya, bundanya serta ibu tirinya marah hanya karena dia mengirim sebuah pesan singkat pada ayahnya. Pesan singkat yang menyatakan bahwa dia kangen dengan ayahnya.
Bukan mutlak salah Sophia sih, dia tidak paham bahwa bahasa tulisan atau teks dapat dinterpretasikan berbeda oleh pembaca pesan. Dia pun terluka, terutama pada ayahnya. Bukankah cinta pertama seorang anak perempuan pada ayahnya?
Namun, kondisi pernikahan kedua orangtuanya yang telah bercerai mungkin membuatnya berbeda. Sophia juga iri pada Pink yang dekat dengan ayahnya, sedangkan dia tidak bisa seperti Pink. Namun, fakta lain membuat Sophia akhirnya dekat dengan Pink.
Ibu Pink mengalami gangguan mental yang membuat Pink harus terampil merawatnya walaupun di rumahnya ada perawat. Tidak semua yang tampak indah di luar mencerminkan isinya. Pink pun juga mempunyai permasalahan sendiri.
Sophia juga mempunyai sahabat disabilitas rungu yang merupakan tetangganya, namanya Bito. Bagi Bito, hanya Sophia yang mengerti dirinya, tidak berteriak padanya hanya sekedar menguji apakah alat bantu dengarnya berfungsi. Hal inilah yang menyebabkan Bito tidak mau mengenakan alat bantu dengarnya lagi, karena dia merasa pusing dan sakit pada telinganya.
Sophia dan Bito hanya bersahabat. Namun, bagaimana dengan Pak Ragil dan Vandes? Apakah Sophia menaruh hati pada keduanya? Entahlah. Di sisi lain tantenya yang sudah menginjak usia 40 tahun pun belum menikah karena tidak mau sakit hati. Aplagi setelah ayah dan bunda Sophia menikah.
Bunda Sophia pun belum menikah kembali. Beliau hanya mengisi waktu dengan bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Sophia dan nenek Run, nenek Sophia.
Insight yang Diperoleh
Cerita dalam buku ini ringan, mengalir dan mudah dipahami. Beberapa plot hole yang saya temukan dapat diabaikan. Selain itu saya juga dapat mengambil hikmah dari cerita Sophia ini, yaitu:
Pola hidup sehat
Di usia nenek Run yang telah menginjak 70 tahun, beliau tetap aktif dan lincah. Beliau gemar mengonsumsi madu, buah, sayuran dan makanan minuman sehat lainnya. Selain itu beliau juga aktif berolahraga.
Siapkan beberapa rencana
Selalu siapkan beberapa rencana termasuk rencana terburuk. Hal ini diajarkan bunda Sophia dan Sophia pun menerapkannya saat bundanya akan melakukan operasi pengangkatan sel kanker payudara hingga proses pengobatan. Sophia pun menyiapkan diri jika kemungkinan buruk terjadi.
Cinta itu menguatkan
Dukungan dari orang terkasih dapat memberi semangat dalam menghadapi kesulitan bahkan menghadapi penyakit yang ganas. Dukungan moral dapat menyelamatkan seseorang bahkan dapat membuatnya bangkit dari keterpurukkan
Baca juga : Janji Allah Terhadap Orang yang Sabar Dalam Ranah 3 Warna
Penutup
Cinta itu universal. Dapat dimiliki siapapun. Baik cinta anak terhadap orangtuanya dan sebaliknya, cinta terhadap pasangan. Cinta pun tak perlu berbalas dan cinta pun tak bersyarat. Cinta tidak akan ada habisnya untuk diceritakan.
Apakah Sophia telah menemukan cinta dalam petualangannya mencari cinta? Seperti apakah sosok yang dicintai Sophia? Cuzz baca bukunya, bisa pinjam juga di Ipunas kok. Selamat membaca.
Novel yang menarik, dekat dengan keseharian, dengan pesan moral yang kuat. Setiap orang memiliki jalan kehidupannya sendiri dan tentunya membutuhkan support orang terdekat
BalasHapusJadi penasaran endingnya nih mbak. Memang benar bahwa ayah adalah cinta pertama anak gadisnya. Sangat memahani bagaimana perasaan Sophia yg kangen pd ayahnya setelah menikah lagi.
BalasHapusWah aku udah lama banget nggak baca novel teenlit, mungkin karena udah nggak remaja lagi ya soalnya dulu baca teenlit pas remaja, wkwk. Kisah Sophia ini relate banget sama yang terjadi di permasalahan remaja ya. Bagaimana remaja bisa mengontrol rasa sukanya pada lawan jenis. Penting banget ini diajarkan sama kiddos yang beranjak dewasa ya mbak.
BalasHapusMenarik ceritanya. Sekilas dari covernya udah cewek banget ya, tetapi isinya penuh makna. Banyak hal yang bisa dipetik dari novel ini.
BalasHapusSudah lama ngak baca novel padahal Ipusnas selalu setia di ponsel, kadang sudah minjam tapi lupa dibaca, entahlah sekarang malah sering beli buku novel dalam bentuk cetak, rasanya ada semangat buat membacanya. Dari sinopsisnya, novel Sophia dan Pink bagus ya, jadi pingin baca juga.
BalasHapusCerita Sophia ini terdengar menarik, apalagi soal pencarian cinta yang pastinya relatable buat banyak orang. Review-nya bikin makin pengen baca langsung!
BalasHapusGenre teenlit sudah lama sekali kutinggalkan mba hahaha...btw aku jd keinget buku 3 ranah sepertinya sudah dibuang padahal dulu pas awal terbit langsung ke Gramed :D..cerita ini kyknya disukai sama anakku deh coba nanti aku install Ipusna ah
BalasHapusSebagai seseorang yang jarang membaca novel teenlit, saya menemukan ulasan ini cukup menarik. Artikel ini tidak hanya membahas alur cerita, tapi juga menggali pesan moral yang relevan, seperti arti cinta dalam berbagai bentuk dan pentingnya dukungan keluarga. Meski ditujukan untuk pembaca remaja, tampaknya Sophia & Pink punya kedalaman cerita yang bisa dinikmati oleh berbagai usia. Well done.
BalasHapusWah sesama pejuang IPusnas. Saya juga punya banyak antrian buku di sana. Saya juga suka baca buku apa saja, termasuk teenlit. Bacanya bikin senyum-senyum sendiri.
BalasHapusJadi Sophia dan Pink pasti berat ya. Hidup para remaja ini kadang lebih berat dan itu membuat kita harus banyak bersyukur dengan kehidupan kita sekarang.
BalasHapusWah, review-nya menarik banget! Cerita Sophia & Pink ini sepertinya nggak sekadar kisah cinta remaja biasa ya, tapi juga menyelipkan banyak pesan kehidupan. Aku suka bagaimana novel ini nggak cuma fokus ke percintaan, tapi juga mengangkat hubungan keluarga, pertemanan, bahkan self-growth. Apalagi ada karakter seperti Bito yang menunjukkan sisi inklusivitas dalam cerita. Jadi makin penasaran, apakah Sophia akhirnya menemukan cinta yang dia cari? Kayaknya wajib masuk daftar bacaanku nih! 😆📚
BalasHapusSophia & Pink ini kelihatannya bukan sekadar teenlit biasa, tapi punya banyak lapisan cerita yang relate sama kehidupan remaja. Aku suka gimana novel ini nggak cuma bahas soal romansa, tapi juga persahabatan, keluarga, dan bahkan perjuangan menghadapi masalah hidup.
BalasHapussiapapun bisa mencintai apa yang dicintai. Cinta juga gak bisa dipaksakan kecuali cinta kepada Yang Maha Kuasa. Gak bisa juga kita melarang orang yang cinta sama kita untuk berhenti mencintai karena cinta adalah sebuah hak setiap orang
BalasHapusmolly juga suka baca2 teenlit. apalagi zaman masih sekolah dulu. soalnya bacaannya ringan dan khas remaja banget.
BalasHapusLangsung tertarik sama karakterisasi Sophia. Jarang ditemukan karakter yang mengayuh sepeda ketika berangkat ke sekolah. Boleh juga teenlit ini jadi wishlist bacaan.
BalasHapusLama gak ya pinjam di Ipusnas. Beberapa kali saya kena waiting list yang lama banget. Padahal saya tertarik juga baca bukunya. Kayaknya mau coba beli aja deh kalau gak dapat di Ipusnas
BalasHapusSeru banget ya jalan ceritanya bikin pengen baca sampai habis, akupun penggemar teenlit dan menurun nih hobinya ke anakku yang juga jadi kolektor Novel
BalasHapusmba dyah semoga dpt lebih banyak inspirasi untuk menulis teenlit kembali yah, menarik memang teenlit tuh untuk para remaja krn aku pun dulu senang sekali membaca teenlit
BalasHapusMemang kita gak bisa sembarangan menilai seseorang dari luar saja ya, Mba. Di dalamnya kan tidak tahu kesulitan atau luka apa yang dialami.
BalasHapusPengen juga nih baca novelnya langsung. Aku suka novel teenlit gini.
Cerita-cerita teenlit kayak gini selalu menarik untuk dibaca. Kalo dulu di era 80/90 ada novel Lupus yg sangat ngetop
BalasHapusAh tuh kan, kukira selama ini aku aneh kalau baca teenlit. Ngerasa sok remaja aja kalau bacaannya itu. Padahal kalau udah baca novel novel ringan seperti ini, imajinasi dan ide ide tulisan mudah banget lho kepancing.
BalasHapusAnyway suka banget sama cover bukunya yang pinky pinky seperti nama tokohnya
Wah, Sophia ternyata bisa juga yaa.. jatuh cinta sama sosok guru, yang usianya mature banget. Mungkin Pak Gurunya yang gak mungkin sama Sophia karena perbedaan usia yang terlalu jauh.
BalasHapusAku selalu merenung dan meyakinkan diri bahwa ketika orangtua memilih bercerai, ada juga anak yang baik-baik aja karena lebih sehat kehidupannya, gak ngliat orangtuanya berantem terus setiap hari, misalnya..
Tapi ternyata, kehidupan Sophia pun terguncang yaa..
Ada perasaan jiwanya yang butuh perlindungan namun sulit percaya dengan orang dewasa.