Sobat Dy, akhirnya saya berhasil menyelesaikan membaca trilogi Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Walaupun saya membacanya tidak urut, tetapi tetap menikmati ceritanya di tiap buku. Kali ini saya membaca buku kedua yaitu Ranah 3 Warna. Di buku ini saya belajar banyak hal terutama tentang kesabaran dan janji Allah terhadap orang yang sabar itu nyata, lo.
Ahmad Fuadi sukses membuat saya termenung, menangis, tersenyum hingga tertawa saat membaca rangkaian trilogi karyanya. Campur aduk deh rasanya. Banyak hikmah yang dipetik di setiap serinya. Pantas saja trilogi ini menjadi best seller.
Namun, di buku Ranah 3 Warna ini Ahmad Fuadi tidak menulis sendiri, lo. Dia banyak dibantu oleh istrinya. Justru istrinya berperan dalam banyak hal, mulai dari alur cerita, pemilihan diksi dan banyak hal lainnya.
Dalam buku Ranah 3 Warna saya banyak belajar tentang bersyukur, perjuangan, kesabaran karena dalam buku ini bercerita tentang bagaimana memperjuangkan impian walaupun hidup diliputi dengan ketidakberuntungan. Janji Allah terhadap orang yang sabar tak pernah ingkar. Tidak percaya? Simak deh cerita saya berikut!
Spesifikasi Buku
Judul Buku : Ranah 3 Warna
Penulis: Ahmad Fuadi
Penerbit :Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Jumlah Halaman: 494
ISBN: 978-979-22-4861-6
Buku Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi ini tersedia dalam bentuk fisik maupun digital. Bagi Sobat Dy yang gemar membaca buku fisik dapat memperolehnya di toko buku kesayangan atau melalui marketplace. Namun, tetap waspada dengan buku bajakan ya, jangan mudah tergiur harga murah, lo.
Dengan membeli buku asli setidaknya menghargai penulis yang telah bersusah payah menulis buku hingga menjadi sebuah cerita yang apik dan dapat kita nikmati, bukan. Selain itu banyak pihak yang terlibat dalam proses pembuatan buku, mulai dari penerbit buku baik penerbit mayor maupun self publisher, desain cover, layouter dan masih banyak pihak yang terlibat dalam proses mencetak sebuah buku.
Sedangkan bagi Sobat Dy yang gemar membaca buku digital dapat membeli e-booknya di toko buku online atau meminjamnya di Ipunas atau platform baca buku digital lainnya. Buku Ranah 3 Warna ini saya pinjam di Ipunas dengan beberapa kali periode meminjam, maklumlah saya sudah tidak bisa lagi membaca cepat dalam durasi lama.
Review Buku Ranah 3 Warna
Jika di buku Negeri 5 Menara bercerita tentang kehidupan Alif dan lima sahabatnya di Pondok Madani termasuk mimpi mereka. Sedangkan di buku Ranah 3 Warna bercerita tentang kehidupan Alif setelah lulus dari Pondok Madani.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Pondok Madani, Alif mengambil ujian persamaan setingkat SMA agar dapat mengikuti UMPTN atau Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. kalau sekarang mungkin namanya SNMPTN.
Bukan hal yang mudah bagi Alif mempelajari pelajaran SMA hanya dalam hitungan minggu. Namun, perjuangan itu membuahkan hasil yang lumayan, nilanya 65. Paling tidak dia bisa mendapatkan ijazah SMA. Modal untuk mengikuti UMPTN, karena orang tuanya hanya mampu membiayainya di Universitas Negeri.
Walaupun cita-citanya sekolah teknologi harus pupus, karena keterbatasannya belajar IPA secara otodidak. Alif pun memutuskan berganti jurusan sosial dan dia diterima di Fakultas Hubungan Internasional Universitas Pajajaran.
Dengan segala keterbatasan ekonomi, Alifpun melanjutkan kuliah di Unpad. Qadarullah ayah Alif meninggal di tahun pertama dia kuliah. Di tengah kesedihannya sepeninggal ayahnya Alif berjuang mendapatkan pundi rupiah dengan berbagai cara, mulai dari berdagang keliling, memberi les privat, menulis artikel hingga akhirnya ia jatuh sakit karena kelelahan.
Setelah melalui perenungan yang dalam dan teringat bagaimana nasihat para gurunya di Pondok Madani. Alif pun bangkit kembali. Kali ini pilihannya jatuh pada menulis artikel. Dia pun mendatangi lagi Bang Togar yang pernah membimbingnya untuk menulis artikel sekaligus pimpinan redaksi majalah kampus di Unpad.
Didikan bang Togar yang keras tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap belajar menulis artikel dan berhasil menembus media. Dengan melebihkan usah di atas rata-rata, rasa lelah dan jenuh, artikel Alif menembus beberapa media lokal dan menjadi penulis rutin beberapa media.
Salah satu cerita yang sangat berkesan bagi saya adalah cerita tentang Rumah Sakit Malas. Logikanya kita pergi ke Rumah Sakit untuk berobat bukan. Nah di Rumah Sakit ini bertujuan untuk mengobati rasa malas.
Istilah rumah sakit malas tersebut hanyalah kiasan. Saat Alif mengalami writer blok, kebuntuan saat menulis. Bang Togar mengajaknya ke pinggiran kota Bandung.. DI sana terdapat sebuah perkampungan miskin. Penduduk yang tinggal di sana termasuk dalam kategori warga miskin hingga kadang untuk makan pun mereka mengaisnya di tempat sampah, miris bukan.
Bang Togar kerap mendatangi kampung ini membawakan makanan dan permainan kkemudian membagikannya pada anak-anak yang tinggal di sana. Sepulangnya dari sana Bbbang Togar menjadi lebih bersemangat lagi untuk menghasilkan karya. Hal yang sama pun dirasakan oleh Alif. Pemandangan tak lazim yang disaksikan sebelumnya sukses membuatnya banyak bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah padanya. Alif pun menjadi lebih bersemangat menulis artikel.
Kondisi keuangan Alif pun mulai membaik bertahap. Namun, dia tetap berusaha berjuang untuk mewujudkan impian lainnya yaitu pergi ke Amerika. Singkat cerita Alif mengikuti pertukaran pelajar dan negara yang dipilih penyelenggara untuk Alif adalah Kanada, salah satu negara di benua Amerika.
Dari Bandung, dimana dia menempuh pendidikan di Unpad, menuju Saint Raymond, Kanada. Namun, sebelum menuju Kanada, tim pertukaran pelajaran sempat tinggal beberapa saat di Amman, Yordania karena sebuah kecelakaan yang menimpa Rusdi, salah satu peserta pertukaran pelajar tersebut.
Walaupun Kanada berada di benua Amerika, tetapi sebagian warganya berbahasa Perancis dan ini menjadi tantangan baru untuk Alif. Kehidupan beberapa bulan di Kanada bersama orang tua angkat dan bekerja sebagai reporter meninggalkan kesan tersendiri bagi Alif dan orang tua angkatnya. Mereka pun sudah menganggap Alif sebagai anak mereka.
Tidak hanya menjadi peserta biasa, Alif pun mendapatkan prestasi atas usahanya berhasil mewawancarai politisi yang tidak ingin berpisah dari Kanada. Saat Alif berada di Kanada terjadi referendum dimana sebagian masyarakat Quebec, salah satu negara bagian Kanada ingin berpisah dari Kanada dan menjadi negara sendiri.
Sebuah proses demokrasi yang apik, tanpa pertumpahan darah, tanpa 'serangan fajar' agar memilih kelompok tertentu. Dan referendum tersebut berlangsung damai. Pihak yang kalah legowo, pihak yang menang tidak sombong. Kapan ya kira-kira Indonesia bisa seperti itu?
Dengan segala rintangan dan nestapa yang ada, Alif pun berhasi mewujudkan mimpinya untuk menyelesaikan studinya di Unpad. Kebahagiaan yang tak terkira bagi dia dan ibunya yang dipanggilnya Amak.
Penutup Janji Allah Terhadap Orang Yang Sabar
Jujurly buku Ranah 3 Warna bagus dan rekomended. Pembaca akan memperoleh banyak hikmah. Mantra Man Jadda Wajada yang artinya 'siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil' tidaklah cukup. Diperlukan mantra lain yaitu Man Shabara Zhafira yang artinya "siapa yang bersabar akan beruntung."
Tidak ada yang tahu berapa jarak antara kesuksesan dan kesungguhan, oleh karena itu diperlukan kesabaran hingga sukses itu dapat diraih. Sabar itu aktif, sabar itu gigih, sabar itu tidak menyerah, sabar itu total dari pangkal sampai ujung.
Janji Allah terhadap orang yang sabar itu nyata. Terbukti dari kisah Alif mewujudkan mimpinya diantara kenestapaan yang dialaminya. Dengan kesabaran dan ridho Allah, Alif pun sukses mewujudkan mimpinya.
Ranah 3 Warna bener-bener membius sih isinya. Berbobot banget. Filmnya juga tak kalah keren. Both of the version memberikan pengalaman menikmati literasi dengan apik
BalasHapusNilai moral yang aku dapatkan dalam buku ini tentang jangan takut bermimpi. Allah nggak pernah tidur dan akan mengijabahkan doa hamba-Nya.
BalasHapusWah bukunya ada di Ipusnas ya? Aku tertarik baca bukunya, sepertinya bagus deh. Banyak pesan yg bisa diambil dr buku ini
BalasHapusMenarik nih bukunya. Aku suka dengan pesan singkat dan tepat, Man Shabara Zhafira yang berarti "siapa yang bersabar akan beruntung." Aku nyari di google Play book aja ya, mana Tau ada diskon hihi
BalasHapusWah seru banget suami istri nulis novel bareng. Pengen juga kaya gini, hehe. Alif ambis banget ya orangnya, tapi juga sabar. Selalu percaya janji Allah itu nyata dan aku rasakan sendiri juga.
BalasHapusbanyak cerita inspiratif dan membangun motivasi ya mbak di buku ini. Tinggal menunggu waktu saja buat merasakan buah kesabaran. Minimal sy jadi belajar sabar juga dari kisah di buku 5 menara ini
BalasHapus