Hati wanita mana yang tidak hancur ketika dokter mendiagnosis suaminya menderita TB atau tuberkulosis. Sebuah penyakit yang menjadi momok masyarakat karena mudah menular dan dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak hingga hingga orang dewasa.
Hal inilah yang dialami oleh sahabat saya tahun lalu. Dia harus mendampingi suaminya melawan penyakitnya, bolak balik ke fasilitas kesehatan cukup menyita waktu dan tenaga. Selain itu, obat TB tidak boleh terlambat agar TB dapat disembuhkan. Sedangkan di sisi lain anak-anaknya pun membutuhkan perhatian karena masih balita.
TB tidak hanya menurunkan kualitas hidup penderitanya, tetapi juga dapat berdampak pada perekonomian keluarga. Sebagian masyarakat ada yang mengucilkannya agar tidak tertular.
Selain itu TB merupakan penyakit serius yang dapat menyebabkan kematian. Indonesia berada pada urutan kedua setelah India terkait jumlah penderita yang didiagnosis menderita TB.
Namun, tidak hanya tingginya jumlah penderita TB yang menjadi perhatian Citra Mayang Sari, seorang tenaga farmasi yang bertugas di Puskesmas Air Itam, Kecamatan Penukal, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan. Tingginya jumlah penderita skizofrenia pun tak luput dari perhatiannya.
Penderita TB dan skizofrenia merupakan dua dari sepuluh penyakit teratas yang rutin berobat di puskesmas Air Itam. Namun, sayangnya penderita abai, tidak rutin kontrol dan mengambil obat. Sedangkan obatnya tidak boleh terlambat diminum agar penderita segera pulih.
Hal inilah yang membuat Citra prihatin dan merasa terpanggil sehingga melakukan inovasi 'ALARM TOSS'. Sebuah karya inovatif yang terhubung dengan Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS) yang akan mengingatkan pasien TB dan skizofrenia untuk kontrol dan mengambil obat di Puskesmas.
Inovasi ALARM TOSS mengantarkan wanita asal Sumatera Selatan ini untuk menerima Apresiasi Satu Indonesia Awards tingkat provinsi tahun 2023 lalu. Inovasi yang telah mendampingi pasien TB dan skizofrenia untuk kontrol dan menambil obat sesuai jadwal sampai sembuh. Sehingga dapat kembali berinteraksi dengan masyarakat dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Tuberkulosis Di Indonesia
Dilansir dari laman KNVC Indonesia, sebuah yayasan yang mendukung Indonesia bebas TB menyampaikan bahwa berdasarkan data WHO pada tahun 2021 secara global estimasi jumlah orang terdiagnosis TBC sekitar 10,6 juta kasus atau naik sekitar 600.000 kasus dari tahun sebelumnya. 1,6 juta orang meninggal akibat TB atau naik 300.000 orang dari tahun sebelumnya.
Selain itu, jumlah penderita TB di Indonesia berada pada urutan kedua terbanyak di Indonesia setelah India. Sedangkan pada tahun sebelumnya Indonesia berada pada urutan ketiga dengan jumlah penderita TB terbanyak.
Dari laman yang sama juga disampaikan bahwa kasus TB di Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan sebanyak 969.000 atau naik 17% dari tahun sebelumnya. 354 dari 100.000 penduduk Indonesia menderita TB. Sedangkan tingkat kematian akibat TB mencapai 150.000 atau naik 60% dari tahun sebelumnya.
Hal ini tentunya menjadi serius untuk diperhatikan. Diperlukan kerjasama banyak pihak untuk menekan naiknya jumlah penderita TB, baik pemerintah, tenaga kesehatan maupun masyarakat untuk menuju Indonesia bebas TB.
Mengenal Tuberkulosis
Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis dan mudah menular. Penularan dapat terjadi melalui droplet, yaitu saat penderita bersin atau batuk dan seseorang yang berada di sekitarnya tidak sengaja menghirupnya sehingga masuk ke dalam tubuh. Bakteri ini berpotensi untuk menginfeksi berbagai organ tubuh.
Umumnya bakteri Mycobacterium tuberculosis lebih sering menginfeksi paru-paru. Beberapa gejala yang muncul dan perlu diwaspadai sebagai berikut:
-Sesak napas
-Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu
-Batuk berdarah
-Dada terasa nyeri
-Demam
-Menggigil
-Mudah terasa lelah
-Berat badan turun drastis
-Hilangnya nafsu makan
-Berkeringat lebih banyak di malam hari
Gejala yang muncul tersebut mungkin akan berbeda pada setiap orang. Selain itu, gejala tersebut dapat dikuatkan dengan serangkaian pemeriksaan untuk mendiagnosis apakah seseorang terinfeksi TB. Berikut tes yang dapat dilakukan:
1. Tes darah
2. Tes dahak
3. Tes mantoux
Walaupun Tuberkulosis berakibat fatal, tetapi penyakit ini dapat disembuhkan dengan syarat pasien mengikuti proses pengobatan secara intensif selama 6-12 bulan. Selain itu pasien tidak diperkenankan terlambat minum obat karena akan mempengaruhi efektivitas obat TB bekerja.
Durasi pengobatan yang lama kadang membuat pasien lelah dan putus asa. Ditambah adanya stigma yang buruk pada masyarakat sehingga membuat penderita TB semakin terpuruk.
Mengenal Skizofrenia
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas pada tahun 2018 menyatakan bahwa sekitar 450.000 masyarakat Indonesia didiagnosis menderita gangguna jiwa berat.
Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa berat yang dapat menyebabkan seseorang mengalami halusinasi, delusi, dan perubahan perilaku.Sehingga dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan penderitanya. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan berinteraksi dengan orang sekitarnya.
Selain itu, skizofrenia merupakan masalah kesehatan jangka panjang sehingga memerlukan pengobatan berkelanjutan. Dengan kata lain pengobatan skizofrenia dapat berlangsung sumur hidup untuk mengendalikan gejala, mencegah komplikasi dan membantu pasien melakukan aktivitas hariannya.
Hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan skizofrenia. Namun, ada metode pengobatan yang dapat mengendalikan dan mengurangi gejala yang muncul. Sehingga penderita dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar layaknya bukan penderita skizofrenia.
ALARM TOSS, Inovasi Yang Mendukung Kesembuhan Penderita Tuberkulosis dan Skizofrenia
Puskesmas merupakan layanan kesehatan tingkat pertama yang tersebar di seluruh Indonesia. Secara tidak langsung puskesmas menjadi ujung tombak yang bertugas memberikan layanan kesehatan pada masyarakat.
Oleh karena itu berbagai program kesehatan yang ditetapkan pemerintah pun dalam hal ini Kementerian Kesehatan juga menjadi program Puskesmas. Salah satu programnya adalah menggunakan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas atau SIMPUS.
SIMPUS merupakan prosedur pemrosesan data yang menggunakan teknologi informasi yang diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur lainnya sehingga diperoleh data yang memberikan informasi terkait data orang yang sakit, rujukan yang diberikan pada orang sakit, ketersediaan obat hingga data penyuluhan kesehatan masyarakat.
Sistem ini memungkinkan untuk dikembangkan sehingga mempermudah tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Salah satu tenaga kesehatan tersebut adalah Citra Mayang Sari yang bertugas pada bagian farmasi di Puskesmas Air Itam.
Berdasarkan data yang ada, diperoleh informasi bahwa banyak pasien tuberkulosis dan skizofrenia yang abai terhadap penyakitnya. Beberapa di antaranya tidak rutin kontrol, lupa mengambil obat, hingga ada pula yang Drop Out atau dengan kata lain tidak melanjutkan pengobatan.
Tentunya hal ini akan memperburuk keadaan pasien. Kunci kesuksesan penyembuhan kedua penyakit tersebut adalah minum obat secara teratur dan tanpa toleransi keterlambatan. Durasi pengobatan yang cukup lama kadang membuat pasien jenuh dan putus asa. Kemungkinan lainnya adalah penyebaran tuberkulosis dari pasien yang belum sembuh.
Hal ini tentunya tidak dapat dianggap sepele, apalagi jumlah pasien tuberkulosis dan skizofrenia berada dalam peringkat tertinggi dalam sepuluh besar jumlah pasien terbanyak di lingkungan kerja Puskesmas dimana dia bekerja.
Hal inilah yang membuat Citra mencetuskan ide tentang pengingat atau alarm waktu kontrol dan pengingat mengambil obat di Puskesmas. Bekerja sama dengan tenaga Teknologi Informasi Puskesmas dan penanggung jawab program TB dan jiwa maka lahirlah program inovasi unggulan yang diberi nama 'ALARM TOSS'.
ALARM TOSS merupakan penggabungan dua kata yaitu ALARM atau pengingat dan TOSS yang merupakan akronim dari Temukan, Obati Sampai Sembuh. Program ALARM TOSS dihubungkan dengan SIMPUS yang sebelumnya tealh diterapkan di Puskesmas Air Itam.
Cara kerja ALARM TOSS adalah dengan mengolah data rekam medis yang terekam pada program SIMPUS. Selanjutnya ALARM TOSS akan mengirimkan notifikasi pengingat 3 hari sebelum jadwal kontrol dan jadwal pasien untuk mengambil obat. Pengingat ini memberikan dampak besar untuk kesembuhan pasien TB dan skizofrenia, karena pengobatan kedua penyakit ini tidak boleh terlambat.
Setelah program ALARM TOSS dibuat tidak serta merta, perlu waktu untuk sosialisasi dan menguji tingkat keberhasilannya. Sosialisasi dilakukan dengan menggandeng kader puskesmas yang tak lain berasal dari masyarakat.
Kerjasama yang apik ini pun akhirnya berbuah manis, di antaranya:
- Jumlah pasien yang drop out atau tidak melanjutkan pengobatan menurun.
- Jumlah pasien yang patuh kontrol, mengambil obat serta mengonsumsi obat meningkat.
- Meningkatkan kualitas hidup pasien dan peluang untuk sembuh.
- Memantau perkembangan pasien skizofrenia
- Membantu meningkatkan produktivitas seiring kualitas hidup pasien yang membaik. Sehingga dapat memperbaiki perekonomian.
- Kondisi kesehatan pasien dapat terpantau dengan baik serta memberikan semangat agar pasien tetap berobat hingga sembuh.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit TB dan skizofrenia mulai dari pencegahan hingga cara penyembuhannya serta mau menerima kehadiran penyintas TB dan Skizofrenia.
- Menjelaskan dan memotivasi pasien yang telah sembuh untuk menerapkan pola hidup lebih sehat.
Inovasi ALARM TOSS Layak Memperoleh Apresiasi
Inovasi unggulan ALARM TOSS karya Citra Mayang Sari yang bekerja sama dengan tim IT, penanggung jawab program TB dan Skizofrenia Puskesmas Air Itam serta kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas telah berhasil menyelamatkan pasien Tuberkulosis dan Skizofrenia dari sakitnya.
Selain itu para penyintas kedua penyakit tersebut dapat diterima masyarakat sekitar sehingga dapat kembali produktif sekaligus memperbaiki perekonomian keluarga karena dapat bekerja kembali.
Kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar tidaklah berlebihan jika ALARM TOSS dapat mengantarkan CItra Mayang Sari sebagai sosok yang mendapatkan apresiasi dari Satu Indonesia Award pada tahun 2023.
Semoga inovasi ALARM TOSS juga dapat dikembangkan dan digunakan di puskesmas lainnya sesuai harapan Citra untuk menekan jumlah penderita kedua penyakit tersebut.Inovasi ALARM TOSS dilaksanakan sebagai upaya mendukung strategi nasional progran pencegahan dan pengendalian TB serta masalah kesehatan jiwa seperti skozofrenia. Menuju Indonesia yang lebih baik, Indonesia Emas 2045.
Referensi
1. https://www.youtube.com/watch?v=Q4vl8BjF_MA
2. www.youtube.com/@citramayangsari9164
3. https://yki4tbc.org/laporan-kasus-tbc-global-dan-indonesia-2022/
Terkadang terpikir, mental kita sehat nggak sih. Apakah ada gangguan dengan jiwa sekarang?
BalasHapusBerkat Alarm TOSS dan kerjasama yang solid menjadi solusi untuk menyelamatkan para penderita TBC dan skozofrenia bisa kembali beraktivitas bersama dengan masyarakat. Terima kasih Bu
BalasHapusCitra Mayang Sari untuk kreativitasnya.
MasyaAllah, inovasi yang sangat luar biasa dan penuh kepedulian! ALARM TOSS bukan hanya sekadar alat pengingat, tapi juga bukti nyata dukungan bagi pasien TB dan skizofrenia untuk terus berjuang hingga sembuh. Salut untuk Citra yang telah menciptakan solusi yang berdampak besar pada kualitas hidup pasien dan keluarga mereka. Semoga inovasi ini bisa terus berkembang dan membantu lebih banyak orang.
BalasHapusDi tengah himpitan kehidupan yang semakin komplek, penderita skizofrenia jika dibiarkan akan semakin membengkak. Mudah-mudahan dengan adanya inovasi alarm toss ini dapat menjadi titik banding terbalik sehingga mereka dapat sembuh dan harapannya semakin minim penyakit ini menjangkiti masyarakat
BalasHapusSemoga semakin berkurang yang mengalami penyakit ini ya. Adanya alarm toss ini semakin banyak pasien yang berjuang untuk kesembuhannya dan kembali meminum obatnya.
HapusDengan adanya inovasi alarm toss ini jadi membuat masyarakat aware sama penyakitnya ya dan datang ke puskesmas untuk mengambil obat. Aku baru tahu kalau TB obatnya nggak boleh telat. Banyak banget penderita TB di sana ya. Semoga banyak yang sudah sembuh dan bisa lebih aware lagi sama kesehatan.
BalasHapusInovatif sekali ya Alarm Toss ini biar teman-teman yang menderita Tubercolosis bisa ikhtiar lebih maksimal dan dapat sembuh dengan minum obat sesuai jadwal dan tak tertinggal sekalipun biar ga ngulang-ngulang lagi proses minum obatnya
HapusDua penyakit ini adalah termasuk penyakit yang ditakuti oleh masyarakat bahkan masih banyak yang memperlakukan penderitanya dengan perlakuan tidak manusiawi, padahal yang mereka butuhkan adalah pengobatan dan kasih sayang. TBC bukan penyakit kutukan, TBC bisa sembuh. Begitupun dengan schrizofrenia dengan pengobatan yang tepat dan berkelanjutan ditambah dengan lingkungan yang mendukung masih bisa sembuh koq.
BalasHapusBagus sekali itu inobasi alarm TOSS bisa mendeteksi kedua penyakit ini sehingga bisa menekan jumlah penderita. Salut buat sang pengembang.
Alarm TOSS untuk pengingat Kak, jadi pasien akan diingatkan kapan kontrol dan kapan ambil obatnya
HapusHampir setiap orang suka denial ketika badan dan terutama mental sedang tidak baik-baik saja. Padahal teknologi sudah maju dan aplikasi alarm toss ini membantu untuk deteksi dari awal
BalasHapusAlarm TOSS bukan untuk deteksi awal, tapi untuk pengingat agar pasien ingat jadwal kontrol dan jadwal ambil obat
HapusSemoga dengan adanya aplikasi ALARM TOSS ini jumlah padien TB dan schizoprenia srmakin berkurang. Dan semoga menginspirasi daerah2 lain untuk diterapkan aplikasi ALARM TOSS.
BalasHapusTBC itu kayak "never ending story"... Dari dulu hingga kini masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di Indonesia. Beruntung sekarang sudah ada ALARM TOSS yang sangat inovatif yang diharapkan bisa mengendalikan angka peularan TBC di Indonesia. Fyi, TBC bisa diderita oleh semua umur, termasuk bayi. Untuk kasus pada bayi dan anak, selain TCM, penegakan diagnosis bisa dengan mantoux test yang lebih praktis dan meyakinkan. Yuk... Waspada TBC yuk...
BalasHapusWah baru tau dok kalau TBC bisa di derita anak-anak dan juga bayi. Lumayan mengagetkan ini.
HapusSemoga semuanya terlindungi dan tetap sehat-sehat, ya, dok
Ada anggota keluarga yang kena penyakit TB tuh rasanya amburadul. Dulu adikku saat umur 3 tahun pernah juga kena penyakit ini. Setelah batuk sekitar sebulan nggak sembuh, diputuskan untuk ke spesialis paru-paru terdekat yang ternyata kena TB. Sedih banget, anak sekecil itu udah melawan penyakit seserem TB dan menjalani pengobatan selama 6 bulan. Alhamdulillah yang tadinya kurus banget karena BB yang turun drastis sekarang udah gemoy lagi hehe. Walau masih agak parno karena suka banget jajan sembarangan, karena kita kan nggak tau ya virus tersebut berasal dari siapa dan dimana.
BalasHapusInovasi alarm toss ini bermanfaat banget untuk mengurangi angka kematian akibat TB. Karena banyak yang lupa maupun drop out dari pengobatan karena lelah. Padahal kalo rutin, insyaallah sembuh.
Inovasi yang dilakukan Citra Mayang Sari dengan Alarm Toss nya menjadi gebrakan penuh Arti bagi penderita TB dan Skizofrenia. Misalnya aja untuk penderita TB, kalau nggak rutin ngobat, bakalan balik lagi ke awal terapinya. Tapi, dengan adanya inovasi dari Citra ini , aku yakin banyak banget yang merasa terbantu, eh bahkan terselamatkan. Masya Allah semoga banyak gebrakan seperti ini di Indonesia.
BalasHapusTB ini memang mudah menular, termasuk hanya lewat bersin saja. Jadi harus segera ditangani dengan tuntas ya. Dan bagus sekali ini Alarm Toss. jadi penderita terus diingatkan agar terus rutin melakukan pengobatan plus pengambilan obat juga.
BalasHapusSangat menginspirasi melihat kampanye ALARM TOSS! Dukungan sosial sangat krusial bagi kesembuhan pasien TB dan skizofrenia. Mari kita bersama-sama hilangkan stigma negatif dan berikan semangat bagi mereka untuk menjalani pengobatan sampai sembuh
BalasHapusKalau waktu bisa diputar ulang, rasanya aku ingin memaksa teman dekatku untuk tetap minum obat, agar TB-nya nggak sampai ke tulang. Tapi ya ... menjalani minum obat dalam jangka panjang gitu memang bukan hal mudah :(
BalasHapusBerobat TB kudu teratur full selama 6 bulan yaa dan gak boleh berhenti sebelum sesi selesai. Alhamdulillah kalau ada nakes seperti Citra yg peduli pada penderita TB. Juga peduli pada orang dengan skizofrenia... karena masih ada masyarakat yg belum paham tentang penyakit mental ini.
BalasHapusInovasi bagus nih adanya ALARM TOSS.
BalasHapusInovasi yang harus kita dukung juga supaya kesembuhan penderita Tuberkulosis dan Skizofrenia bisa sembuh sampai tidak kambuh lagi ya
Bagus ini idenya kak Citra dengan ALARM TOSS, sehingga untuk penderita TB lebih teratur minum obatnya dan keluarga si pasien bisa lebih ciamik dalam merawat
BalasHapusWhooah.. Inovasi Alarm Toss keren banget. Bakal banyak nyawa yg tertolong dari penyakit TB, ya, Mbak.
BalasHapusJadi Alarm Toss ini semacam program yang bisa jadi alat pengingat untuk pasien TB dan skizofrenia terkait jadwal pengobatan, ya? Keren sih. Soalnya saya juga baru tahu kalau pengobatan kontrol dua penyakit ini tidak boleh terlambat.
BalasHapusSelain obat yang harus dikonsumsi rutin dan tidak boleh telat, alat makan penderita TB pun harus dipisah untuk menghindari penularan. Jadi penderita dan keluarga memang harus sabar dan telaten.
BalasHapusWah idenyaa keren ya ini, bener sih. aku dlu pernah turun jadi relawan TB yg kasih edukasi gitu untuk keluarga penderita biar penderita ngga dijauhi atau diasingkan, dan diingetin untuk minum obatnya. ini keknya lebih efektif sih ya
BalasHapusNgeri sekali ya kalau bahas 2 penyakit ini yang presentasenya masih tinggi di indonesia. Semoga Alarm Toss bisa membantu meringankan beban mereka ya
BalasHapusApapun kondisi orang di sekitar kita, kita harus saling mendukung agar selalu dalam kondisi positif. Termasuk bagi penderita Skizofrenia . Kehadiran kita untuk mendukung mereka sangat penting
BalasHapus