ALARM TOSS, Dukungan Pada Penderita Tuberkulosis dan Skizofrenia Untuk Sembuh

Sabtu, 02 November 2024

 ALARM TOSS, Dukungan Pada Penderita Tuberkulosis dan Skizofrenia Untuk Sembuh

  

Hati wanita mana yang tidak hancur ketika dokter mendiagnosis suaminya menderita TB atau tuberkulosis.  Sebuah penyakit yang menjadi momok masyarakat karena mudah menular dan dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak hingga hingga orang dewasa.

Hal inilah yang dialami oleh sahabat saya tahun lalu. Dia harus mendampingi suaminya melawan penyakitnya, bolak balik ke fasilitas kesehatan cukup menyita waktu dan tenaga. Selain itu, obat TB tidak boleh terlambat agar TB dapat disembuhkan. Sedangkan di sisi lain anak-anaknya pun membutuhkan perhatian karena masih balita. 

TB tidak hanya menurunkan kualitas hidup penderitanya, tetapi juga dapat berdampak pada perekonomian keluarga. Sebagian masyarakat ada yang mengucilkannya agar tidak tertular.

Selain itu TB merupakan penyakit serius yang dapat menyebabkan kematian. Indonesia berada pada urutan kedua setelah India terkait jumlah penderita yang didiagnosis menderita TB.

Namun, tidak hanya tingginya jumlah penderita TB yang menjadi perhatian Citra Mayang Sari, seorang tenaga farmasi yang bertugas di Puskesmas Air Itam, Kecamatan Penukal, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan. Tingginya jumlah penderita skizofrenia pun tak luput dari perhatiannya.

Penderita TB dan skizofrenia merupakan dua dari sepuluh penyakit teratas yang rutin berobat di puskesmas Air Itam. Namun, sayangnya penderita abai, tidak rutin kontrol dan mengambil obat. Sedangkan obatnya tidak boleh terlambat diminum agar penderita segera pulih.

Hal inilah yang membuat Citra prihatin dan merasa terpanggil sehingga melakukan inovasi 'ALARM TOSS'. Sebuah karya inovatif yang terhubung dengan Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS) yang akan mengingatkan pasien TB dan skizofrenia untuk kontrol dan mengambil obat di Puskesmas.

Inovasi ALARM TOSS mengantarkan wanita asal Sumatera Selatan ini untuk menerima Apresiasi Satu Indonesia Awards tingkat provinsi tahun 2023 lalu. Inovasi yang telah mendampingi pasien TB dan skizofrenia untuk kontrol dan menambil obat sesuai jadwal sampai sembuh. Sehingga dapat kembali berinteraksi dengan masyarakat dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Penularan TB


Tuberkulosis Di Indonesia

Dilansir dari laman KNVC Indonesia, sebuah yayasan yang mendukung Indonesia bebas TB menyampaikan bahwa berdasarkan data WHO pada tahun 2021 secara global estimasi jumlah orang terdiagnosis TBC sekitar 10,6 juta kasus atau naik sekitar 600.000 kasus dari tahun sebelumnya. 1,6 juta orang meninggal akibat TB atau naik 300.000 orang dari tahun sebelumnya.

Selain itu, jumlah penderita TB di Indonesia berada pada urutan kedua terbanyak di Indonesia setelah India. Sedangkan pada tahun sebelumnya Indonesia berada pada urutan ketiga dengan jumlah penderita TB terbanyak. 

Dari laman yang sama juga disampaikan bahwa kasus TB di Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan sebanyak 969.000 atau naik 17% dari tahun sebelumnya. 354 dari 100.000 penduduk Indonesia menderita TB. Sedangkan tingkat kematian akibat TB mencapai 150.000 atau naik 60% dari tahun sebelumnya.

Hal ini tentunya menjadi serius untuk diperhatikan. Diperlukan kerjasama banyak pihak untuk menekan naiknya jumlah penderita TB, baik pemerintah, tenaga kesehatan maupun masyarakat untuk menuju Indonesia bebas TB. 


Mengenal Tuberkulosis

Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis dan mudah menular. Penularan dapat terjadi melalui droplet, yaitu saat penderita bersin atau batuk dan seseorang yang berada di sekitarnya tidak sengaja menghirupnya sehingga masuk ke dalam tubuh. Bakteri ini berpotensi untuk menginfeksi berbagai organ tubuh.

Umumnya bakteri Mycobacterium tuberculosis lebih sering menginfeksi paru-paru. Beberapa gejala yang muncul dan perlu diwaspadai sebagai berikut:

-Sesak napas

-Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu

-Batuk berdarah

-Dada terasa nyeri

-Demam

-Menggigil

-Mudah terasa lelah

-Berat badan turun drastis

-Hilangnya nafsu makan

-Berkeringat lebih banyak di malam hari


Gejala yang muncul tersebut mungkin akan berbeda pada setiap orang. Selain itu, gejala tersebut dapat dikuatkan dengan serangkaian pemeriksaan untuk mendiagnosis apakah seseorang terinfeksi TB. Berikut tes yang dapat dilakukan:

1. Tes darah

2. Tes dahak

3. Tes mantoux


Walaupun Tuberkulosis berakibat fatal, tetapi penyakit ini dapat disembuhkan dengan syarat pasien mengikuti proses pengobatan secara intensif selama 6-12 bulan. Selain itu pasien tidak diperkenankan terlambat minum obat karena akan mempengaruhi efektivitas obat TB bekerja.

Durasi pengobatan yang lama kadang membuat pasien lelah dan putus asa. Ditambah adanya stigma yang buruk pada masyarakat sehingga membuat penderita TB semakin terpuruk.


skizofrenia

Mengenal Skizofrenia

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas pada tahun 2018 menyatakan bahwa sekitar 450.000 masyarakat Indonesia didiagnosis menderita gangguna jiwa berat.

Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa berat yang dapat menyebabkan seseorang mengalami halusinasi, delusi, dan perubahan perilaku.Sehingga dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan penderitanya. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan berinteraksi dengan orang sekitarnya.

Selain itu, skizofrenia merupakan masalah kesehatan jangka panjang sehingga memerlukan pengobatan berkelanjutan. Dengan kata lain pengobatan skizofrenia dapat berlangsung sumur hidup untuk mengendalikan gejala, mencegah komplikasi dan membantu pasien melakukan aktivitas hariannya.

Hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan skizofrenia. Namun, ada metode pengobatan yang dapat mengendalikan dan mengurangi gejala yang muncul. Sehingga penderita dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar layaknya bukan penderita skizofrenia.

Simulasi ALRM TOSS

ALARM TOSS, Inovasi Yang Mendukung Kesembuhan Penderita Tuberkulosis dan Skizofrenia

Puskesmas merupakan layanan kesehatan tingkat pertama yang tersebar di seluruh Indonesia. Secara tidak langsung puskesmas menjadi ujung tombak yang bertugas memberikan layanan kesehatan pada masyarakat.

Oleh karena itu berbagai program kesehatan yang ditetapkan pemerintah pun dalam hal ini Kementerian Kesehatan juga menjadi program Puskesmas. Salah satu programnya adalah menggunakan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas atau SIMPUS.

SIMPUS merupakan prosedur pemrosesan data yang menggunakan teknologi informasi yang diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur lainnya sehingga diperoleh data yang memberikan informasi terkait data orang yang sakit, rujukan yang diberikan pada orang sakit, ketersediaan obat hingga data penyuluhan kesehatan masyarakat.

Sistem ini memungkinkan untuk dikembangkan sehingga mempermudah tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Salah satu tenaga kesehatan tersebut adalah Citra Mayang Sari yang bertugas pada bagian farmasi di Puskesmas Air Itam.

Berdasarkan data yang ada, diperoleh informasi bahwa banyak pasien tuberkulosis dan skizofrenia yang abai terhadap penyakitnya. Beberapa di antaranya tidak rutin kontrol, lupa mengambil obat, hingga ada pula yang Drop Out atau dengan kata lain tidak melanjutkan pengobatan. 

Tentunya hal ini akan memperburuk keadaan pasien. Kunci kesuksesan penyembuhan kedua penyakit tersebut adalah minum obat secara teratur dan tanpa toleransi keterlambatan. Durasi pengobatan yang cukup lama kadang membuat pasien jenuh dan putus asa. Kemungkinan lainnya adalah penyebaran tuberkulosis dari pasien yang belum sembuh. 

Hal ini tentunya tidak dapat dianggap sepele, apalagi jumlah pasien tuberkulosis dan skizofrenia berada dalam peringkat tertinggi dalam sepuluh besar jumlah pasien terbanyak di lingkungan kerja Puskesmas dimana dia bekerja.

Hal inilah yang membuat Citra mencetuskan ide tentang pengingat atau alarm waktu kontrol dan pengingat mengambil obat di Puskesmas. Bekerja sama dengan tenaga Teknologi Informasi Puskesmas dan penanggung jawab program TB dan jiwa maka lahirlah program inovasi unggulan yang diberi nama 'ALARM TOSS'. 

ALARM TOSS merupakan penggabungan dua kata yaitu ALARM atau pengingat dan TOSS yang merupakan akronim dari Temukan, Obati Sampai Sembuh. Program ALARM TOSS dihubungkan dengan SIMPUS yang sebelumnya tealh diterapkan di Puskesmas Air Itam.

Cara kerja ALARM TOSS adalah dengan mengolah data rekam medis yang terekam pada program SIMPUS. Selanjutnya ALARM TOSS akan mengirimkan notifikasi pengingat 3 hari sebelum jadwal kontrol dan jadwal pasien untuk mengambil obat. Pengingat ini memberikan dampak besar untuk kesembuhan pasien TB dan skizofrenia, karena pengobatan kedua penyakit ini tidak boleh terlambat.

Setelah program ALARM TOSS dibuat tidak serta merta, perlu waktu untuk sosialisasi dan menguji tingkat keberhasilannya. Sosialisasi dilakukan dengan menggandeng kader puskesmas yang tak lain berasal dari masyarakat. 

Kerjasama yang apik ini pun akhirnya berbuah manis, di antaranya:

- Jumlah pasien yang drop out atau tidak melanjutkan pengobatan menurun.

- Jumlah pasien yang patuh kontrol, mengambil obat serta mengonsumsi obat meningkat.

- Meningkatkan kualitas hidup pasien dan peluang untuk sembuh.

- Memantau perkembangan pasien skizofrenia

- Membantu meningkatkan produktivitas seiring kualitas hidup pasien yang membaik. Sehingga dapat memperbaiki perekonomian.

- Kondisi kesehatan pasien dapat terpantau dengan baik serta memberikan semangat agar pasien tetap berobat hingga sembuh.

- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit TB dan skizofrenia mulai dari pencegahan hingga cara penyembuhannya serta mau menerima kehadiran penyintas TB dan Skizofrenia.

- Menjelaskan dan memotivasi pasien yang telah sembuh untuk menerapkan pola hidup lebih sehat.

Citra Mayang Sari

Inovasi ALARM TOSS Layak Memperoleh Apresiasi

Inovasi unggulan ALARM TOSS karya Citra Mayang Sari yang bekerja sama dengan tim IT, penanggung jawab program TB dan Skizofrenia Puskesmas Air Itam serta kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas telah berhasil menyelamatkan pasien Tuberkulosis dan Skizofrenia dari sakitnya. 

Selain itu para penyintas kedua penyakit tersebut dapat diterima masyarakat sekitar sehingga dapat kembali produktif sekaligus memperbaiki perekonomian keluarga karena dapat bekerja kembali.

Kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar tidaklah berlebihan jika ALARM TOSS dapat mengantarkan CItra Mayang Sari sebagai sosok yang mendapatkan apresiasi dari Satu Indonesia Award pada tahun 2023.

Semoga inovasi ALARM TOSS juga dapat dikembangkan dan digunakan di puskesmas lainnya sesuai harapan Citra untuk menekan jumlah penderita kedua penyakit tersebut.Inovasi ALARM TOSS dilaksanakan sebagai upaya mendukung strategi nasional progran pencegahan dan pengendalian TB serta masalah kesehatan jiwa seperti skozofrenia. Menuju Indonesia yang lebih baik, Indonesia Emas 2045.


Referensi

1. https://www.youtube.com/watch?v=Q4vl8BjF_MA

2. www.youtube.com/@citramayangsari9164

3. https://yki4tbc.org/laporan-kasus-tbc-global-dan-indonesia-2022/

7 komentar

  1. Terkadang terpikir, mental kita sehat nggak sih. Apakah ada gangguan dengan jiwa sekarang?

    BalasHapus
  2. Berkat Alarm TOSS dan kerjasama yang solid menjadi solusi untuk menyelamatkan para penderita TBC dan skozofrenia bisa kembali beraktivitas bersama dengan masyarakat. Terima kasih Bu
    Citra Mayang Sari untuk kreativitasnya.

    BalasHapus
  3. MasyaAllah, inovasi yang sangat luar biasa dan penuh kepedulian! ALARM TOSS bukan hanya sekadar alat pengingat, tapi juga bukti nyata dukungan bagi pasien TB dan skizofrenia untuk terus berjuang hingga sembuh. Salut untuk Citra yang telah menciptakan solusi yang berdampak besar pada kualitas hidup pasien dan keluarga mereka. Semoga inovasi ini bisa terus berkembang dan membantu lebih banyak orang.

    BalasHapus
  4. Di tengah himpitan kehidupan yang semakin komplek, penderita skizofrenia jika dibiarkan akan semakin membengkak. Mudah-mudahan dengan adanya inovasi alarm toss ini dapat menjadi titik banding terbalik sehingga mereka dapat sembuh dan harapannya semakin minim penyakit ini menjangkiti masyarakat

    BalasHapus
  5. Dengan adanya inovasi alarm toss ini jadi membuat masyarakat aware sama penyakitnya ya dan datang ke puskesmas untuk mengambil obat. Aku baru tahu kalau TB obatnya nggak boleh telat. Banyak banget penderita TB di sana ya. Semoga banyak yang sudah sembuh dan bisa lebih aware lagi sama kesehatan.

    BalasHapus
  6. Dua penyakit ini adalah termasuk penyakit yang ditakuti oleh masyarakat bahkan masih banyak yang memperlakukan penderitanya dengan perlakuan tidak manusiawi, padahal yang mereka butuhkan adalah pengobatan dan kasih sayang. TBC bukan penyakit kutukan, TBC bisa sembuh. Begitupun dengan schrizofrenia dengan pengobatan yang tepat dan berkelanjutan ditambah dengan lingkungan yang mendukung masih bisa sembuh koq.

    Bagus sekali itu inobasi alarm TOSS bisa mendeteksi kedua penyakit ini sehingga bisa menekan jumlah penderita. Salut buat sang pengembang.

    BalasHapus
  7. Hampir setiap orang suka denial ketika badan dan terutama mental sedang tidak baik-baik saja. Padahal teknologi sudah maju dan aplikasi alarm toss ini membantu untuk deteksi dari awal

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel hingga akhir. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup.
Kritik dan saran membangun sangat dinanti.

Terima kasih