Hai Sobat Dy, sebelumnya kita sudah membahas tentang pentingnya kecerdasan emosional anak dan bagaimana cara mengembangkan kecerdasan emosional anak, bukan. Karena kecerdasan emosional anak bukan seperti bakat yang merupakan anugerah, tetapi perlu dikembangkan agar berkembang optimal.
Pada bagian belakang buku Tuntas Emosi, Pendidikan Keluarga untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosi tertulis seperti ini : "Ketenangan jiwa adalah tujuan akhir dari upaya membangun kecerdasan emosi dalam mengarungi beragam tema kehidupan. Ketenangan jiwa inilah yang akan mengantarkan kita ke surga Allah SWT dengan ridhoNya".
Jika mengingat sepenggal kalimat dalam blurb yang tertulis di sampul belakang buku Tuntas Emosi, menjadi penyemangat saya untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak. Sembari meningkatkan kecerdasan emosi saya pribadi juga. Oleh karena itu saya mencari tahu apa saja faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi anak? Yuk simak artikel ini hingga akhir ya!
Tahapan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
Perkembangan emosi merupakan salah satu hal penting dalam proses tumbuh kembang anak. Hal ini terkait dengan miningkatnya kemampuan anak untuk mengelola dan mengekspresikan emosi yang dirasakannya, baik emosi positif maupun negatif.
Berikut beberapa tahapan perkembangan emosi anak yang perlu Sobat Dy ketahui, yaitu tahapan mengenal emosi, kemudian tahapan mengekspresikan emosinya, hingga mengendalikan emosi yang dirasakannya.
Tahap mengenal emosi
Tahap mengenal emosi dimulai sejak bayi baru lahir hingga usia 1 tahun. Sebetulnya pada tahap ini tidak hanya emosi yang mulai dikenalnya, tetapi banyak hal baru lainnya yang juga mulai dikenalnya.
Menangis merupakan cara bayi mengomunikasikan rasa tidak nyaman yang dirasakannya, seperti rasa lapar, gerah, popok yang basah, haus. Orang tua harus sabar untuk menebak apa yang diinginkan anaknya. Sedangkan jika bayi merasa nyaman, dia cenderung tenang dan tersenyum
Pada tahap ini orang tua dapat mendukung proses ananda mengenal emosi dengan menciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman dan konsisten. Sehingga ananda lebih percaya diri untuk menjelajah lingkungan sekitarnya dan mengekspresikan dirinya.
Setelah itu orang tua dapat membantu anak untuk meregulasi emosinya, seperti 'O, adik marah ya mainannya diambil Bunda'. Sehingga nantinya anak akan mengenali beragam emosi yang ada.
Tahap mengekspresikan emosi
Tahap mengekspresikan emosi terjadi pada rentang usia 2 hingga 3 tahun. Pada tahap ini anak mulai mengekspresikan emosi yang telah dipelajari sebelumnya. Anak mengekspresikan emosinya dengan berbagai cara yang mereka bisa dan meminta orang sekitar memahaminya.
Pada usia ini tantrum rawan terjadi sebagai bentuk anak mengekspresikan emosinya. Selain itu anak juga masih mempelajari berbagai bentuk emosi. Orang tua sebaiknya tetap tenang dan membantu anak meregulasi emosinya dengan cara yang jelas, sehingga anak dapat memahami dan mengelola emosinya.
Jika orang tua menanggapi anak tantrum dengan amarah dan ancaman, anak hanya akan ketakutan dan tidak memahami emosinya. Coba ajarkan anak untuk mengenali emosinya, tetapi lakukan jika anak sudah tidak lagi tantrum.
Saat anak tantrum coba peluk dan tepuk-tepuk perlahan punggungnya, cara ini dikenal dengan clapping. Metode ini untuk meredakan tantrum anak. Teknik yang saya pelajari saat mengikuti Milad IP Sidoarjo Mojokerto beberapa waktu silam.
Setelah tantrum reda, bimbing anak untuk mengungkapkan emosinya, misalnya "Aku marah karena mainanku direbut," atau "Aku marah karena ibu bohong." Hal ini akan membantu anak memahami dan mengelola emosinya daripada hanya meluapkannya.
Apresiasi juga perlu diberikan jika anak berhasil mengungkapkan perasaannya tanpa tantrum, melainkan dengan kata-kata. Hal ini akan membuat anak lebih percaya diri dan emosinya berkembang dengan baik.
Tahap mengendalikan emosi
Tahap mengendalikan emosi terjadi pada rentang usia 3 hingga 5 tahun. Usia dimana beberapa anak memasuki jenjang pendidikan usia dini (PAUD). Tahapan dimana anak mengembangkan keterampilan mengelola emosi secara mandiri karena anak memasuki lingkungan baru tanpa pendampingan orang tua.
Orang tua dapat mengajarkan teknik untuk mengelola emosinya, seperti mengubah posisi misalnya semula berdiri ke posisi duduk, mencari tempat tenang, mengambil napas dalam-dalam. Cara lain untuk mengajarkannya adalah dengan menjadi role model yang baik bagi anak.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak
Perkembangan emosional anak dipengaruhi beberapa faktor yang melibatkan beberapa interaksi yang saling berkaitan, di antaranya :
Faktor biologis atau genetika
Tak dapat dipungkiri bahwa faktor genetik juga mempengaruhi kecenderungan emosi tersebut pada anak. Orang tua dapat mengamati kecenderungan emosi anak sehingga dapat memahaminya dan memberikan dukungan yang sesuai.
Pengalaman anak
Pengalaman yang diperoleh anak saat usia dini dapat mempengaruhi perkembangan emosinya secara signifikan. Pengalaman negatif yang traumatis seperti penelantaran, pelecehan, kekerasan atau perpisahan dengan orang tua dapat menyebabkan masalah perilaku.
Sedangkan pengalaman positif seperti keterikatan yang positif dengan orang tua, pengalaman bermain yang menyenangkan akan mendorong perkembangan emosi yang sehat. Pengalaman yang diperoleh anak juga dipengaruhi oleh pola asuh orang tua.
Lingkungan
Seperti yang pernah saya sampaikan sebelumnya bahwa anak ibarat spons, dia akan menyerap informasi apapun dari lingkungan sekitarnya, terlepas informasi tersebut baik atau buruk.
Lingkungan yang positif seperti lingkungan yang aman dan penuh dengan kasih sayang akan mendorong perkembangan emosi yang positif pada anak. Sedangkan lingkungan yang buruk seperti kekerasan dalam rumah tangga, penelantaran, pengabaian akan memberikan pengalaman buruk sehingga menghambat perkembangan emosinya.
Hubungan orang tua dan anak
Hubungan yang baik antara orang tua dan anak akan mengarah pada perkembangan yang emosi yang positif. Karena kelekatan hubungan tersebut akan membuat anak merasa aman, terlindungi. Satu hal yang terpenting anak akan merasa dicintai. Hal ini akan membuat perkembangan emosi dan sosialisasi yang sehat.
Interaksi sosial
Interaksi sosial atau hubungan sosial dengan teman sebaya dapat membentuk kemampuan anak untuk beradaptasi dan meresponnya.
Kondisi fisik dan status ekonomi
Anak dengan kondisi fisik kurang sempurna cenderung kurang percaya diri dan minder. Hal ini pun terjadi pada anak dengan faktor ekonomi yang kurang. Sehingga membutuhkan peran orang tua yang lebih besar dibandingkan jika kondisinya normal atau rata-rata.
Penutup
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak telah disampaikan di atas. Dengan mengetahui hal tersebut semoga dapat menjadi referensi Sobat Dy untuk mengenali faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak dan dapat membimbing anak untuk mengenali, mengekspresikan hingga mengendalikan emosinya.
Selanjutnya yuk mengenalkan jenis emosi pada anak. Semoga artikel ini bermanfaat.
Referensi
1. https://www.gramedia.com/best-seller/perkembangan-emosi/
2. https://www.akudankau.co.id/artikel/6-plus/tahapan-perkembangan-emosi-anak
3. https://morinaga.id/id/milestone/inilah-faktor-dan-tahapan-perkembangan-emosi-anak-usia-dini
Nah yang jadi tantangannya adalah saat anak tantrum orangtua lagi nggak tenang. Alhasil terjadi dah yang tidak seharusnya, ya ancaman, makian, dll..aku masih belajar menerapkan metode clapping saat anak tantrum mbak.
BalasHapusBener banget, dengan mengetahui perkembangan emosi anak sejak dini, kita dapat membimbing anak untuk mengenali, mengekspresikan hingga mengendalikan emosinya. Tugas kita mengarahkan agar anak menjadi pribadi yang baik.
BalasHapusbenerrr iniiii paling banyak dari apa yang mereka lihat yaaa ya dari keluarga dan lingkungan.. apalagi anak umur balita memang peniru ulung yaaa
BalasHapusSekilas kesannya masih bahwa emosi itu cuma yang negatif ya, padahal emosi itu sendiri ada bermacam-macam. Dan setuju juga bahwa orangtua memang menjadi contoh yang terdekat, jadilah sebagai orangtua juga senantiasa belajar terus.
BalasHapusLingkungan faktor utama dalam pembentukan karakter anak. Makanya aku kadang selalu mengawasi anak ku bermain di luar. soalnya rawan kadang anak orang lain suka maen pukul dan rebut
BalasHapusbarang yang bukan miliknya.
ada baiknya ketika anak-anak masih kecil, orangtua sudah memberikan contoh pengendalian emosi ya.
BalasHapusDan karena anak adalah peniru ulung, ketika dia dewasa akan menjadikan pola pikir dan pola asuh orangtuanya juga. Mungkin ada yang caranya "agak keras" atau lembut. Tiap anak juga responnya beda-beda
hubungan anak dan orang tua atau yang dikenal dengan bonding emang penting banget untuk perkembangan emosi anak. Jika bondingnya baik dan bagus, anak-anak akan punya emosi yang terkontrol. Jarang tantrum.
BalasHapusSepengalamanku kemelekatan antara anak dan orang tua, sangat berperan besar untuk perkembangan emosi anak, utamanya saat anak belum bisa mengendalikan impuls emosinya. Jika orang tua bisa memahami dna menerima emosi itu dengan komunikasi terbuka, anak pun jadi merasa dihargai dan perlahan belajar mengendalikan emosi²nya. ❤️❤️
BalasHapusAnak mungkin merasa takut dan malu ketika ingin mengekspresikan sesuatu ya mbak. Saya jadi ingat ketika kecil gitu, kalau lagi kesal pasti diam, hahaha. Maka dari itu penting membangun bonding anak dengan orangtua
BalasHapusDulu kata 'emosi' selalu diberi label negatif ya. Kini kita semakin belajar 'emosi' juga penting dalam perkembangan anak. Hanya saja kita perlu mempelajari pengaruh dan bagaimana mengelolanya.
BalasHapusPenting banget untuk mengenal emosi anak agar kita jadi tahu cara mengatasinya ya. Sambil belajar mengelola emosi anak, kita juga jadi ikutan belajar mengelola emosi yang sampai saat ini menurutku susah sih, secara aku nggak sabaran orangnya, wkwk.
BalasHapus"Anak-anak seperti spons yang menyerap segala informasi di sekitar", betul banget. Kalau dibiarkan tanpa ada filter apa saja bisa diserap dan akan berpengaruh pada perkembangan emosi.
BalasHapusAnak bungsuku sekarang sudah lima tahun. Alhamdulillah perlahan kini emosinya tidak sehuru-hara tahun-tahun berikutnya. Kalau anak sedang tantrum itu terpenting kita tenang dan tidak menuruti ego. Sayangnya, demikian itu bukan merupakan hal yang mudah. Namun, bukan hal yang mustahil bisa kita kuasai juga.
BalasHapusAda banyak faktor ya, Kak yang mempengaruhi emosi seseornag. Paling penting adalah bagakmana kita sebagai orang tua memahami emosi anak, dan berusaha membantu menerjemahkan dengan konfirmasi pada anak.
BalasHapusSalah satu yang anakku dapatkan dr pengendalian emosi yaitu dengan dapat parenting imbang dr ayah dan ibunya. Saat perbuatan dia harus dikoreksi oleh salah satu dari kami, tidak kami biarkan untuk bisa berlindung atau mengadu, supaya kedepannya bisa mengendalikan emosi
BalasHapusAnakku nih lagi di tahap mengendalikan emosi. Anak belajar mengendalikan emosinya, emaknya juga sama, wkwk. Tapi aku baru tahu lo mbak kalo ternyata kondisi ekonomi juga pengaruh ke perkembangan emosional anak. Kira-kira sama kayak kondisi finansial ke psikologi orang dewasa gitu kali ya. Contoh gampangnya kalo lagi gajian, bawaannya hepi, akhir bulan langsung glooomy lagi wkwk. Apakah anak juga begitu mbak?
BalasHapusRegulasi emosi, kalau saya sering dengar juga disebut validasi emosi, ke anak ini yang kadang terlewat oleh orang tua. Padahal ini sangat penting untuk anak bisa memahami emosinya. Jika anak sudah tahu apa yang dirasakan dan mampu mengkomunikasikannya, lebih mudah mengajarkan untuk cara mengelolanya. Faktor di luar diri anak ternyata jauh lebih banyak mempengaruhi kondisi emosi anak ya. Jadi semakin terang bahwa orang tua harus bisa mengkondisikan keluarga dan lingkungan yang positif agar perkembangan emosi anak menjadi baik.
BalasHapus