Libur akhir semester satu telah tiba, bertepatan dengan libur Nataru (Natal dan Tahun Baru) pula. Sehingga kami memutuskan untuk berkunjung ke stasiun Ambarawa tempo dulu.
Sebetulnya ini cita-cita suami, saya dan ibu dari dulu. Suami senang berkunjung ke museum dan belajar sejarah. Selain itu, penasaran dengan museum kereta api dan kereta wisatanya.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya kami juga ingin mengenalkan sejarah kereta api. Mulai kereta api jaman dulu hingga kereta api yang mereka kenal saat ini. Entah mengapa kereta api selalu menarik perhatian anak-anak.
Jadi ingat saat berkunjung ke Taman Ngronggo, Kediri, anak-anak akan berhenti bermain dan berlari mendekati rel kereta, ketika mendengar kereta api akan melintas. Tentu saja masih dalam jarak aman. Setelah kereta api berlalu, mereka pun akan kembali bermain.
Kereta api merupakan moda transportasi umum yang paling berkesan bagi keluarga saya, karena saat masih kecil setiap tahun kami mudik ke Bandung menggunakan kereta api. Beda dengan kereta api saat ini ya yang jauh lebih nyaman dibandingkan dulu.
Walaupun berangkat subuh dari Surabaya dan tiba di Bandung malam hari, kami tetap menikmati perjalanan jauh saat itu. Bahkan saat saya dan adik masih balita, mandi pun juga dilakukan di kereta api.
Hal ini dilakukan orang tua saya agar saya dan adik nyaman selama perjalanan jauh menuju Bandung begitu pula perjalanan kembalinya. Tentunya setiap orang tua mempunyai tips dan trik bagaimana membuat buah hatinya nyaman selama perjalanan jauh baik menggunakan moda transportasi umum maupun pribadi.
Yuk ah ikuti cerita kami saat berkunjung ke stasiun Ambarawa tempo dulu ya di artikel ini. Ada apa sajakah di sana? Dan apa manfaat bagi anak-anak belajar tentang sejarah.
Stasiun Ambarawa Tempo Dulu
Stasiun Ambarawa saat ini telah dialihfungsikan menjadi museum kereta api. Sehingga lebih dikenal dengan nama Museum Kereta Api, museum ini merupakan museum kereta api pertama di Indonesia. Museum Kereta Api ini terletak di Ambarawa, Semarang.
Museum kereta api sebelumnya bernama Stasiun Willem 1 yang dibangun oleh Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Stasiun ini diresmikan pada tanggal 21 Mei 1873.
Stasiun Ambarawa dinonaktifkan beroperasi pada tahun 1976. Supardjo Rustam, Gubernur Jawa Tengah saat itu mencanangkan stasiun Ambarawa sebagai museum kereta api. Hal ini bertujuan untuk menyelamatkan peninggalan lokomotif uap yang telah rusak. Selain itu, sebagai salah satu daya tarik wisata Jawa Tengah.
Hal ini terbukti saat kami riba di museum sekitar pukul 09.00 area parkir yang cukup luas tersebut telah terisi lebih dari 50% mobil pengunjung yang berasal dari berbagai kota, bahkan ada yang dari Sumatera, Kalimantan, Sumbawa. Kami hanya memperhatikan dari plat nomer mobil yang parkir di sana saat itu.
Sebelum memasuki area museum, pengunjung wajib membeli tiket seharga Rp. 20.000 untuk orang dewasa dan Rp. 10.000 untuk anak-anak. Saat memasuki area museum, pengunjung akan disambut sejarah jalur kereta api, termasuk terowongan dan jembatan kereta api yang pernah dibangun.
Selain itu, pengunjung juga dapat membaca sejarah kereta api dari masa ke masa yang terpasang di dinding museum. Namun, pemasangannya tidak urut, seperti membaca novel alur maju mundur.
Karena tujuan kami untuk memuaskan rasa ingin tahu tentang kereta api, maka setiap penjelasan tentang sejarah kereta api yang dipasang di dinding dibaca satu per satu. Tampak duo kiddos serius membaca setiap keterangannya. Kecuali si bungsu yang belum dapat membaca.
Puas membaca, kami pun menuju area food court yang berada di tengah museum. Selain itu ada juga kereta Cho Cho yang akan saya ceritakan nanti ya. Tidak hanya itu, ada pula skooter yang disewakan. Hal ini tidak disia-siakan oleh kiddos, mereka pun menyewannya. Di tengah museum ada area terbuka yang dapat dilalui kereta Cho Cho dan skuter.
Pengunjung juga dapat menaiki kereta uap dan jenis kereta lama yang tersedia di sana. SSelain itu, ada juga ruangan yang mengatur lalu lintas kereta api jaman dulu (yang tersedia di museum adalah ruang PPKA Tawang yang dipindahkan dari stasiun Tawang ke Ambarawa).
Ada juga mesin pencetak tiket kereta api yang lama. Jaman dulu tiket kereta api berbentuk persegi dan berukuran kecil yang kemudian dilubangi dengan alat tertentu yang menandakan sudah diperiksa kondektur.
Ada pula area perpustakaan yang berada dalam kereta. Sayangnya koleksinya tidak banyak. ada juga ruang diorama yang berisi seragam petugas kereta api dari masa ke masa.
Kereta Wisata dan Kereta Cho Cho
Saat liburan Nataru, kereta wisata dibuka untuk umum. Khusus libur Nataru, yaitu 23 Desember 2023 hingga 1 Januari 2024. Tiket kereta wisata relatif mahal yaitu Rp. 100.000 per orang dengan jalur Stasiun Ambarawa-Tuntang pulang pergi.
Kapasitas kereta wisata yang terdiri dari tiga gerbong ini menampung 120 orang. Walaupun begitu tiketnya langsung habis. Saya dan keluarga tiba di sana pukul 09.00 sudah kehabisan tiket. Padahal KAI sudah menyediakan sekitar 5 kali perjalanan pergi pulang setiap harinya.
Untuk mengobati rasa kecewa, kamipun akhirnya naik kereta Cho Cho yang hanya beroperasi di dalam stasiun dengan harga tiket Rp. 10.000.
Kereta api wisata digerakkan dengan mesin diesel dan berjalan di rel kereta sedangkan kereta Cho Cho digerakkan mesin diesel dan berjalan di jalan. Jika Sobat Dy pernah mengetahui odong-odong atau kereta kelinci, itulah gambaran kereta Cho Cho.
Manfaat Belajar Sejarah Bagi Anak-anak
"Jangan sekali-kali melupakan sejarah" atau kutipan yang lebih dikenal dengan istilah Jas Merah. Kutipan dari proklamator Indonesia, yaitu Soekarno. Kutipan tersebut menjelaskan betapa pentingnya sejarah yang berdampak bagi sebuah kehidupan baik kehidupan sebuah bangsa maupun dunia.
Berikut manfaat belajar sejarah bagi anak-anak:
1. Menambah wawasan peristiwa lampau
2. Membantu pemahaman keadaan saat ini
3. Salah satu cara mengembangkan karakter anak
4. Memotivasi anak agar menjadi warga negara yang baik
5. Melatih kemampuan berpikir kritis
6. Media keteladanan untuk anak-anak
7. Belajar dari kesalahan masa silam
8. Sumber inspirasi
Penutup
Seru kan berkunjung ke ke Stasiun Ambarawa tempo dulu. Sobat Dy pernah berkunjung ke sana? Yuk cerita di kolom komentar atau ceritakan pengalaman Sobat Dy selama libur Nataru lalu.
Referensi
1. https://heritage.kai.id/page/museum-ambarawa
Ke depannya, anak2 Mbak Dyah in syaa Allah akan menjadi anak-anak yang menggemari wisata sejarah karena sudah terbiasa sejak dini orang tuanya memberikan poin penting pada sejarah.
BalasHapusMuseum Kereta Api Ambarawa sekarang makin apik. Sudah lama sekali saya nggak kesana, sejak anak-anak TK. Waktu itu kami juga sempat naik kereta jadul berbahan bakar kayu, namun tiketnya ngga semahal saat ini.
BalasHapusSebentar lagi musim liburan lebaran, tentunya tempat wisata akan ramai termasuk tempat yang kaya akan sejarah ini. Liburan sekaligus mempelajari sejarah kereta api
BalasHapusWishlist aku dari dulu tapi belum kesampaian, liat foto sepupu aku kesana seru juga sambil belajar sejarah
BalasHapusKita jadi tau sejarah kereta api dari zaman Belanda dulu
daann jam 9 pagi tiket kereta wisata udah habis, hiks, berarti aku kudu berangkat pagi pagi banget ya
Ehehe, hal yang jarang banget saya lakukan ketika datang ke museum, membaca keterangan yang ada. Lebih fokus buat lihatin benda benda yang dipamerkan. Padahal wisata sejarah itu, hal begitulah yang bikin seru.
BalasHapusStasiun Ambarawa ini pastinya menyimpan banyak cerita yang menarik ya. Memang ketika pergi ke museum, keterangan yang dipajang harus kita baca, jika tidak kaya kurang aja gitu vibes pergi ke museum
BalasHapus