Waktu berlalu begitu cepat ya Sobat Dy. Tak terasa sudah berganti bulan, rasanya baru saja menginjak bulan Desember. Ternyata sudah berganti tahun, bahkan sekarang sudah di bulan Februari.
Walaupun Desember sudah berlalu, tak mengapa ya kita bahas bulan istimewa ini. Salah satu hal yang istimewa adalah adanya peringatan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember. Tema yang diangkat untuk memperingati Hari Ibu ke 94 adalah Perempuan Berdaya, Indonesia Maju.
Sejarah Hari Ibu di Indonesia
Hari Ibu di Indonesia berbeda dengan Hari Ibu di negara lain, karena pada tanggal 22 Desember 1928 Kongres Perempuan Indonesia pertama kali diadakan di Yogyakarta. Sebuah momentum bersejarah yang akhirnya pada 1959 ditetapkan sebagai Hari Nasional oleh Presiden Soekarno.
Kongres perempuan tersebut merupakan salah satu momentum penting perjuangan pergerakan perempuan di masa kemerdekaan dan menjadi tonggak sejarah. Peringatan Hari Ibu merupakan bukti bahwa perempuan Indonesia memiliki akses dan kesempatan yang setara dengan laki-laki, seperti akses terhadap politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya.
Perempuan Berdaya
Perempuan berdaya adalah perempuan yang mempunyai jati diri, mandiri dan mempunyai daulat penuh atas keputusan yang diambilnya. Perempuan yang mempunyai jati diri memiliki rasa percaya diri karena tidak mudah diombang-ambingkan oleh siapapun karena paham akan dirinya sendiri.
Sosok perempuan yang berdaya saya temukan juga mbak Sherlyna Aschari. Perkenalan yang tidak sengaja karena kami sama-sama mengikuti kelas blog dasar yang dimentori oleh mbak Karunia.
Saya merupakan alumni angkatan pertama hingga saat ini sudah sampai batch 5 dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun. Circle pertemanan kami pun semakin luas. Berawal dari kelas blog dasar saya berkenalan dengan mbak Nita, mbak Maya, termasuk mbak Sherly, dan sahabat maya lainnya.
Sherlyna, Perempuan Berdaya Dari Yogyakarta
Wanita berhijab yang tinggal di Yogyakarta ini tergolong aktif lo Sobat Dy. Alumnus sastra Inggris Universitas Sanata Dharma ini aktif mengajar bahasa Inggris untuk mengamalkan ilmunya. Selain itu beliau juga menjadi penerjemah content jakarta_tourism dan terlibat menjadi penerjemah beberapa proyek lainnya.
Tidak puas dengan menjadi seorang pengajar dan penerjemah, beliau merambah dunia menulis yang merupakan salah satu hobinya sejak lama. Mungkin hal ini yang menyebabkan mbak Sherly juga mengikuti beberapa kelas menulis, salah satunya adalah kelas ghost writer.
Tidak hanya bersama dalam kelas blog dasar, kami berdua juga merupakan alumnus kelas ghost writer dan kadang menerima proyek yang sama. Sobat Dy, tahu kan tentang ghost writer? Bukan penulis hantu, lo ya. Melainkan menulis sebuah artikel, tetapi tidak mencantumkan namanya sebagai penulis artikel tersebut.
Apakah cukup sampai disitu aktivitas mbak Sherly sehari-hari? Tentu saja tidak. Beliau mengambil tantangan lebih lagi yaitu menjadi penanggung jawab proyek menulis bersama atau biasa disebut antologi.
Salah satu proyek antologinya yang sedang berjalan adalah Rindu Baitullah, Kumpulan Kisah Inspiratif Religi-Islam. Jika Sobat Dy ingin berbagi pengalaman tentang pengalaman pribadi terkait dengan tema RIndu Baitullah, bisa lo menghubungi mbak Sherly.
Proyek antologi Rindu Baitullah ini bukan proyek antologinya yang pertama kali, lo, tetapi sudah proyek yang kesekian kalinya. Peran penanggung jawab antologi bukan hal yang mudah, lo.
Ruang lingkup kerja penanggung jawab antologi cukup luas. Mulai dari membuat promosi program, mencari peserta untuk bergabung, mengumpulkan naskah, merangkai naskah yang masuk hingga mengeditnya. Setelah semuanya selesai, memberikan naskah tersebut ke penerbit untuk di tata dan diedit hingga menjadi naskah yang cantik.
Apakah cukup sampai disitu? Tentu tidak, penanggung jawab juga berkewajiban untuk promo buku yang akan terbit tersebut dan memastikan peserta mentransfer sejumlah uang atas buku yang dipesan, memastikan semua proses penerbitan hingga buku diterima peserta atau pemesan..
Mengapa mbak Sherly mengambil peran menjadi penanggung jawab antologi? Karena dengan menulis, beliau dapat mengasah skill menulis dan mood menulis. Momentum menulis tersebut dapat mengasah mood keahlian menulis di segala suasana batin.
Penutup
Setiap perempuan dapat menjadi berdaya sesuai dengan keahliannya. Tidak perlu rendah diri apalagi membatasi diri. Sherlyna telah membuktikan bahwa dia berdaya, percaya diri atas pilihan dan keahliannya.
Sobat Dy, yuk menjadi perempuan yang berdaya, percaya diri dan berdaulat penuh atas keputusan yang diambilnya, tentu saja keputusan yang bertanggung jawab. Seperti halnya mbak Sherlyna, perempuan berdaya dari Yogyakarta.
Wah keren bgt mbak Sherly ini ya mbak. Berdaya dengan karya literasinya. Selalu inget kata mbak Dy, setiap kita itu unik. Kita berhak berdaya dengan menggali potensi yg kita punya. Semangat terus perempuan-perempuan Indonesia.
BalasHapusSelalu kagum dengan perempuan berdaya yang mampu berperan bagi lingkungannya, seperti Mbak Sherly ini, juga Mbak Dyah sendiri.. makasih sudah menginspirasi
BalasHapusJadi kepo dengan pengalaman mb Sherly dalam berbagi pengalaman bahasa inggrisnya ke orang-orang mb. Keren nih kalau dah main penerjemahan. Pastinya makin diakui
BalasHapusInspiratif sekali ya mba Sherly ini, jadi pengajar, penerjemah dan penulis. Duh saya merasa kecil jadinya hehehe. Semoga saya bisa menjadi penulis andal seperti mba Sherly ini ya :)
BalasHapusKadang melihat sosok yang sukses dan berdaya membuat saya kecil hati. Tapi harusnya semangat untuk upgrade skill diri untuk berdaya paling ga bagi diri sendiri dan orang terdekat yaa
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusMbaaak, circlenya keren banget. Perempuan berdaya selalu produktif melakukan hal-hal apapun yang berguna di masyarakat ya mbak. Bahkan dunia kepenulisan pun bisa menjadi inspirasi kita para perempuan. Salut dengan mbak Sherly yang menginspirasi
BalasHapusseneng kalau lingkup pertemanan positif semua, kita jadi ikutan semangat dan berpikir positif juga
BalasHapusseneng kalau melihat perempuan yang nggak lemah juga, bisa mengutarakan pendapat dan membuktikan ke semua orang kalau perempuan juga bisa