Hai Sobat Dy, orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Maka sudah sewajarnya orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, salah satunya adalah pendidikan seksual pada anak.
Pendidikan seksual sama pentingnya dengan pendidikan yang lain. Namun, untuk membicarakan hal ini dengan anak-anak bukan hal yang mudah bahkan sebagian orang tua juga bingung bagaimana cara memulainya.
Oleh karena itu, yuk kita cari tahu bersama bagaimana cara menyampaikan pada anak tentang pendidikan seksual dan seberapa penting pendidikan seksual.
Pentingnya Pendidikan Seksual Pada Anak
Mengapa pendidikan seksual pada anak penting untuk dilakukan sejak dini? Agar anak dapat mengetahui konsekuensi dan konsep menghargai dirinya sendiri. Pendidikan seksual pada anak sebaiknya diberikan sedini mungkin, bertahap, berulang, dan dilakukan secara terus menerus.
Mendidik anak untuk menerima identitasnya sebagai laki-laki atau perempuan sesuai dengan kondisi biologis yang telah diberikan Allah kepadanya adalah bentuk pendidikan seksualitas dasar.
Anak-anak yang gagal mengidentifikasi persepsi tentang jenis kelamin, biasanya akan mengalami kebingungan identitas ketika dewasa
Tuntas Seksualitas - Ani Christina
Anak yang telah mendapatkan pendidikan seksual sejak dini diharapkan dapat menghadapi hal-hal yang mungkin terjadi saat dia beranjak dewasa hingga dewasa. Selain itu juga dapat membentuk karakter dan pola perilaku agar anak mampu terhindar dari perilaku beresiko terhadap pelecehan seksual maupun perilaku seksual yang menyimpang.
Sobat Dy juga dapat membaca resensi buku terkait pendidikan seksual yang telah saya buat yaitu buku Tuntas Seksualitas dan buku Ensexclopedia.
Tahapan Perkembangan Seks Pada Anak
Menurut Sigmund Freud, ahli psiko analisis menyatakan bahwa ada lima tahapan perkembangan seks pada anak, yaitu :
Fase Oral
Terjadi pada anak usia 0-2 tahun. Pada fase ini anak, kenikmatan seksual berada di daerah sekitar mulut, seperti saat anak menyusu pada ibunya atau memasukkan benda ke dalam mulutnya.
Fase Anal
Terjadi pada anak usia 2-3 tahun. Pada fase ini anak, kenikmatan seksual berada pada daerah anus dan sekitarnya, contoh ketika anak buang air besar atau buang air kecil.
Fase Phallic
Terjadi pada anak usia 3-6 tahun. Pada fase ini, kenikmatan seksual dialami anak saat alat kelaminnya mengalami sentuhan. Pada fase ini juga anak mulai mengenali perbedaan lawan jenis.
Fase Laten
Terjadi pada anak usia 6-11 tahun. Pada fase ini, aktivitas seksual anak mulai berkurang, karena anak fokus pada perkembangan fisik dan kognitifnya.
Fase Genital
Terjadi pada usia 12 tahun ke atas. Fase ini merupakan fase terakhir perkembangan psiko seksual. Organ seksual dan hormon seksual anak mulai aktif, sehingga anak sudah menikmati aktivitas seksual secara sadar.
Cara Mengenalkan Pendidikan Seksual Pada Anak
Mengenalkan pendidikan seksual pada anak tidak hanya dengan menjelaskan perbedaan jenis kelamin. Namun, juga hal lain yang terkait dengan jenis kelamin, misalkan ciri fisik, fitrah seksualitas.
Menurut Harry Santoso, secara fitrah seksualitas seseorang dilahirkan sebagai laki-laki atau sebagai perempuan, tidak ada jenis kelamin lainnya. Jika ada orang yang menyatakanbahwa homo atau lesbian atau lainnya adalah bawaan lahir, sesunggunya itu telah menyimpang dari fitrahnya
Beberapa cara berikut mungkin dapat dicoba untuk mengenalkan pendidikan seksual sejak dini :
Menggunakan boneka
Orang tua dapat menggunakan boneka untuk menerangkan nama organ reproduksi, area yang harus tertutup pakaian. Informasikan ke anak juga, bahwa orang asing tidak dapat melihat alat kelaminnya, kecuali orang tua, pengasuh, dan dokter dan itupun harus mendapatkan izin dari anak.
Melalui aktivitas sehari-hari
Salah satu aktivitas sehari-hari yang dapat dipilih sebagai media untuk menjelaskan pada anak adalah saat mandi. Orang tua dapat mengenalkan organ reproduksi, cara merawatnya sekaligus cara membersihkanya.
Melalui lagu
Sebagian besar anak menyukai musik. Oleh karena itu, orang tua dapat mengenalkannya melalui lagu, baik lagu yang telah ada atau menciptakan lagu sendiri.
Melalui cerita
Saat ini telah banyak buku cerita anak yang menggunakan tema pendidikan seksual pada anak. Baik buku cerita bergambar, komik, maupun buku cerita anak. Orang tua dapat membacakan dan kemudian mendiskusikannya bersama anak.
Memberikan contoh
Orang tua atau orang dewasa dalam lingkaran terdekat anak, jika salah satu sosok orang tua tidak ada yang akan menjadi panutan atau contoh bagi anak. Ayah memberikan suplai maskulinitas atau kelelakian dan ibu memberikan suplai feminitas atau keibuan.
Ayah menjadi idola anak lelakinya dengan ragam kegiatan maskulin bersama. Ibu menjadi idola anak perempuannya dengan ragam kegiatan feminin bersama.
Manfaat Mengenalkan Pendidikan Seksual Pada Anak
Beberapa hal berikut dapat menjadi pertimbangan orang tua untuk mengenalkan pendidikan seksual sejak dini.
Anak mendapatkan bimbingan yang tepat sesuai usianya
Pendidikan seksual anak sebaiknya didiskusikan langsung bersama orang tua dibandingkan anak mencari informasi sendiri melalui internet atau sumber yang tidak jelas. Anak bisa mendapatkan informasi yang salah atau tidak sesuai dengan tahapan usianya.
Orang tua menjadi lebih mengenali buah hatinya
Orang tua yang mempunyai pola komunikasi yang baik dengan anak tentunya mempunyai hubungan yang baik dengan anak, sehingga anak akan lebih terbuka untuk membicarakan hal apapun.
Orang tua dapat memberikan perlindungan pada anak
Anak yang telah mendapatkan pendidikan seksual yang sesuai akan lebih bertanggung jawab dalam menjaga tubuhnya. Sehingga secara tidak langsung orang tua telah melindungi anaknya dengan memberikan pendidikan seksual yang sesuai
Anak mempelajari konsep "persetujuan terhadap tubuhnya"
Pendidikan tentang konsep persetujuan terhadap tubuh juga penting. Orang tua, pengasuh maupun dokter tidak diperkenankan untuk melihat bahkan menyentuh organ intim anak tanpa persetujuan anak.
Mengajarkan hal personal seperti ini membutuhkan komunikasi berulang dan dua arah antara orang tua dan anak.
Anak dapat menerima perubahan
Saat anak menuju masa pubertas ada beberapa bagian dari tubuhnya yang mengalami perubahan. Tugas orang tua adalah untuk membuat anak lebih memahami dan menerima perubahan, baik perubahan fisik maupun emosi.
Jika anak-anak telah memahami hal ini, anak dapat menerimanya sebagai kenyataan yang wajar terjadi dalam kehidupan dan tidak takut menolak perubahan.
Berperan mengurangi terjadinya pelecehan seksual
Anak yang tidak tahu bagaimana menjaga diri merupakan salah satu faktor anak akan menjadi target bagi pelaku pelecehan seksual, sehingga anak yang telah mendapatkan pendidikan seksual tidak rentan terhadap pelecehan seksual.
Menanamkan nilai keluarga
Orang tua juga dapat menanamkan nilai keluarga saat membicarakan pendidikan seksual pada anak, misalnya hubungan seksual hanya diperbolehkan untuk orang dewasa yang sudah menikah, tidak melakukan hubungan seks di luar nikah, dan masih banyak lagi lainnya.
Tahapan Pendidikan Seksual
Saat memberikan penjelasan pada anak terkait seksualitas, sebaiknya menggunakan bahasa sederhana dan dapat dimengerti anak. Penjelasan pun dilakukan secara bertahap agar anak tidak bingung. CIptakan diskusi yang menyenangkan dengan anak-anak.
Selain itu, tidak panik jika anak mengetahui dari sumber yang tidak jelas tentang sesuatu hal yang seharusnya tidak perlu diketahuinya. Tugas orang tua adalah meluruskan pemahaman anak yang salah, sehingga kesalahpahaman tidak berlanjut terus menerus.
Berikut tahapan pendidikan seksual pada anak :
Usia 0-24 bulan
Pada usia ini, orang tua dapat mengenalkan bagian tubuh anak, termasuk penis dan vagina. Jelaskan fungsinya, jika urine keluar dari vagina atau penis. Jelaskan batasan waktu dan tempat anak dapat telanjang, sehingga anak mengenal rasa malu jika telanjang di tempat umum.
Usia 2-5 tahun
Pada usia ini, orang tua dapat mengenalkan fungsi organ tubuh, termasuk organ reproduksi dan ajarkan tentang privasi. Jelaskan tentang bagian tubuh yang dimiliki baik laki-laki maupun perempuan dan jelaskan nama bagian tersebut dengan benar. Selain itu, pembeda antara laki-laki dan perempuan juga perlu disampaikan.
Beberapa bagian tubuh bersifat pribadi dan tidak untuk dilihat banyak orang, sehingga anak perlu mengetahui adab berpakaian baik di dalam maupun di luar rumah. Anak juga perlu mengetahui privasi orang lain, misalnya mengetuk pintu dulu sebelum kasuk ke kamar orang tua.
Usia 5-8 tahun
Pada usia ini, orang tua dapat memulai untuk membicarakan pubertas. Bagian tubuh apa yang akan berubah, kondisi apa yang akan terjadi saat mengalami masa puber.
Usia 9-12 tahun
Pada usia ini, orang tua dapat menjelaskan tentang perilaku seksual dan proses reproduksi. Perubahan emosi dan fisik dan hal yang dialaminya saat emmasuki pubertas, misalnya anak laki-laki mendapatkan mimpi basah, anak perempuan mengalami menstruasi.
Orang tua juga dapat mengajarkan cara mensucikan diri setelah mendapatkan mimpi basah atau menstruasi. Hal-hal apa saja yang boleh atau tidak boleh dilakukan saat menstruasi atau saat mendapatkan mimpi basah dan sesudahnya.
Usia 15 tahun ke atas
Pada usia ini, orang tua dapat menjelaskan bahwa berhubungan seks dapat dilakukan oleh orang dewasa yang sudah menikah, bukan oleh remaja. Anak juga dapat dijelaskan tentang penyakit menular seksual.
Penutup
Demikian pentingnya pendidikan seksual pada anak, sehingga lebih baik diajarkan sejak dini. Orang tua sebaiknya mendampingi anak untuk belajar tentang pendidikan seksual, agar tidak mendapatkan informasi yang salah.
Tidak ada salahnya membuka ruang diskusi dengan anak terkait hal ini, agar anak dapat bercerita apapun dengan nyaman kepada orang tuanya.
Apa saja yang telah Sobat Dy lakukan untuk pada anak-anak terkait pendidikan seksual? Yuk, cerita di kolom komentar.
Referensi
1. Ani Christina, Tuntas Seksualitas, 2020
2. https://www.unja.ac.id/pentingnya-pendidikan-seks-pada-anak-usia-dini-di-era-digital/
3. https://www.orami.co.id/magazine/pendidikan-seksual