Awal bulan ini ada tambahan hari libur akhir pekan, yaitu libur Maulid Nabi Muhammad SAW. Bagi sebagian orang yang libur di hari Sabtu, tentunya tidak berpengaruh. Sedangkan bagi saya dan pekerja yang tidak libur di hari Sabtu tentu saja sangat berharga. Lumayan kan ada tambahan satu hari libur.
Liburan akhir pekan kali ini kami memilih untuk pergi ke Wisata Telaga Sarangan Magetan. Walaupun lokasinya di Jawa Tengah, tetapi kami belum pernah berkunjung kesana. Mengapa kami memilih Sarangan? karena penasaran saja dengan suasananya. Jarak yang ditempuh juga tidak terlalu jauh.
Perjalanan ke Sarangan
Kami berangkat sekitar pukul 07.30 melalui tol Sidoarjo-Waru Gunung, lanjut Waru Gunung-Kertosono, lanjut Kertosono-Madiun. Selanjutnya melalui jalan antar kota dan antar provinsii. Jarak yang ditempuh sekitar 203 KM dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam.
Kami memilih jalan tol karena waktu tempuh yang diperlukan lebih pendek, walaupun ada biaya lebih yang harus dikeluarkan untuk membayar tarif tol. Total tarif tol yang kami bayarkan untuk kendaraan kelas 1 sekitar Rp. 150.000.
Seperti biasa jika bepergian bersama anak-anak kami beberapa kali berhenti di rest area jika masih berada di tol atau berhenti di minimarket atau masjid atau pom bensin jika berada di luar ruas tol. Entah hanya untuk buang air atau istirahat sejenak.
Perjalanan cukup lancar hingga beberapa kilometer mendekati lokasi. Telaga Sarangan berada di sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut, sehingga beberapa kilometer mendekati lokasi jalan mulai menanjak.
Jalur yang ditempuh tidak lebar, tetapi cukup untuk dilewati dua kendaraan besar seperti bis yang berpapasan. Jalan yang menanjak membuat beberapa pengemudi memilih untuk mematikan pendingin mobil dan membuka jendela mobil, termasuk yang dilakukan suami saya, dengan alasan untuk agar mobil lebih kuat menanjak.
Beberapa kali tercium bau kampas kopling yang hangus dari beberapa kendaraan yang kami dahului. Ada juga kendaraan yang menepi sejenak untuk beristirahat. Diperlukan keahlian menyetir melihat jalur yang berkelok-kelok dan menanjak seperti itu. Saya menyerah jika diminta menyetir karena saya kurang menguasai medan dan kurang mahir mengendarai mobil.
Sekitar dua kilometer memasuki lokasi tampak antrian kendaraan yang cukup panjang. Ternyata antrian tersebut adalah antrian masuk ke lokasi. Sayangnya petugas kurang sigap, seandainya ada petugas yang berjalan mendatangi kendaraan yang hendak masuk ke lokasi, mungkin antrian kendaraan tidak terlalu panjang.
Tiket masuk hanya dibebankan untuk orang dewasa, sedangkan anak-anak dibebaskan untuk tidak membeli tiket masuk. Tiket masuk untuk setiap orang dewasa adalah Rp. 19.000 dan dibebankan juga jasa raharja sebesar Rp. 1.000, sehingga total Rp. 20.000.
Lokasi penginapan yang kami pilih hanya berjarak sekitar satu kilometer dari Telaga Sarangan. Hanya pengunjung yang menginap di sekitar lokasi yang dapat membawa kendaraannya untuk parkir di dekat lokasi, selebihnya pengunjung dapat berjalan kaki atau menggunakan ojek untuk menuju Telaga.
Wisata Telaga Sarangan Magetan
Telaga Sarangan merupakan telaga alami yang berada di lereng Gunung Lawu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Selain itu karena Telaga Sarangan juga berada di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut. Hal ini yang menyebabkan suhu udara antara 15 hingga 20 derajat Celcius.
Telaga Sarangan merupakan obyek wisata andalan Kabupaten Magetan, karena mampu menarik ratusan ribu pengunjung setiap tahunnya. Wajar jika saat kami berkunjung ke sana jumlah pengunjung membludak. Jika digambarkan seperti minuman dawet karena padatnya pengunjung Sabtu sore.
Kami tiba di villa yang telah dipesan adik saya sebelumnya sekitar pukul 12.00. Untungnya kami diperkenankan untuk early check in, sehingga kami dapat istirahat sejenak, salat Dhuhur dan makan siang di villa.
Setelah salat Ashar barulah kami menuju telaga dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan yang kami lewati berjajar penginapan mulai dari villa, hotel berbintang, hotel melati, dan warung makan. Toko yang menjual souvenir khas Sarangan berada di dekat telaga.
Tak jauh dari telaga tampak pasar tradisional yang menawarkan sayur mayur, buah, camilan khas Jawa Tengah hingga aneka macam baju maupun souvenir lainnya. Di sekitar pasar juga terdapat check point ojek yang menurunkan pengunjung, karena kendaraan yang mereka tumpangi tidak dapat masuk ke area wisata.
Wisata yang ditawarkan adalah wisata mengitari Telaga Sarangan melalui jalur air menggunakan speed boat dan kuda melalui jalur darat. Tarif yang dikenakan untuk speed boat adalah sekali putaran Rp. 80.000, dua kali putaran Rp. 150.000, dan tiga kali putaran Rp. 230.000.
Speed boat dapat ditumpangi satu hingga enam penumpang selain pengemudi speed boat. Kami berenam, saya, suami, anak-anak dan keponakan memilih dua kali putaran saja. Speed boat mengitari telaga yang memiliki luas sekitar 30 hektar dan kedalaman 20 meter.
Putri bungsu saya dan suami juga mencoba naik kuda dengan tarif Rp. 70.000. Pemilik kuda akan turut berjalan kaki mendampingi penumpang mengitari telaga. Hmm coba bayangkan pemilik kuda yang berjalan kaki mengelilingi tepi telaga. Saya dan anak-anak yang lain tidak ikut naik kuda.
Namun, sayang lokasi wisata ini kurang bersih entah karena terlalu banyak pengunjung sehingga tempat sampah yang disediakan kurang memadai atau pengunjung yang enggan melangkah sedikit untuk membuang sampah pada tempatnya. Banyak tumpukan sampah yang dibersihkan petugas kebersihan saat kami berkunjung kembali ke telaga esok paginya.
Kami berjalan kembali mengunjungi telaga esok paginya, sekitar pukul enam. Suasana yang jauh berbeda dibandingkan sore sebelumnya. Suasana lengang sehingga kami dapat berjalan dengan bebas tanpa harus berusaha mencari celah untuk melangkahkan kaki.
Sate kelinci, sate ayam, jagung rebus dan pecel merupakan ragam menu yang dijajakan pedagang keliling baik menggunakan gendongan ataupun dipikul.
Legenda Telaga Sarangan
Di balik ramainya pengunjung yang datang ke Telaga Sarangan, ternyata ada sebuah legenda yang tersimpan. Konon sebuah pulau yang berada di tengah telaga adalah tempat tinggal sepasang suami istri Kyai dan Nyai Pasir yang tak kunjung dikaruniai momongan walaupun sudah berumah tangga selama bertahun-tahun.
Oleh karena itu mereka berdua bersemedi dan berdoa meminta dianugerahi momongan kepada Sang Hyang Widhi. Setelah berdoa, akhirnya mereka dikaruniai seorang anak laki-laki, yang diberi nama Joko Lelung.
Suatu hari Kyai dan Nyai Pasir menemukan sebuah telur di dekat ladang dan kemudian memakannya. Namun, sesuatu yang aneh terjadi tubuh Kyai dan Nyai Pasir berubah menjadi ular naga besar..
Keduanya pun berguling-guling di pasir sehingga sehingga menimbulkan cekungan yang semakin besar dan dalam di tanah. Kemudian keuarlah aliran air yang deras dari cekungan tersebut sehigga memenuhi cekungan.
Kyai dan Nyai Pasir menyadari kekuatan yang dimilikinya, sehingga mereka berdua ingin membuat cekungan raksasa untuk menenggelamkan Gunung Lawu. Joko Lelung yang mengetahui niat buruk tersbeut berusaha menggagalkannya dengan cara berdoa dan bersemedi pada Sang Hyang Widhi.
Sang Hyang Widhi mengabulkan permintaan Joko Lelung. Kyai dan Nyai Pasir lalu berhenti membuat cekungan kemudian secara perlahan berubah menjadi makhluk tak kasat mata.
Cekungan yang telah terbentuk masih ada dan terisi air hingga penuh. Kemudian terbentuklah Telaga Sarangan.
Walaupun hanya legenda, penduduk sekitar mempercayai hal tersebut dan setiap menjelang bulan Ruwah atau puasa, masyarakat menggelar upacara bersih desa.
Penginapan
Kami memilih villa, sebetulnya bukan memilih, tetapi yang ada tinggal villa tersebut. Kami pergi bersama orangtua sehingga harus memperhitungkan penginapan yang nyaman bagi orangtua. Seandainya kami tidak mencari penginapan secara mendadak, mungkin kami akan mendapat banyak alternatif pilihan untuk menginap.
Villa yang kami tempati mempunyai konsep menampung banyak pengunjung dalam satu kamar. Tampak di gambar dengan ukuran kamar sekitar 3x4 diisi 2 tempat tidur ukuran queen, sehingga ruangan serasa sempit.
Pemilik penginapan adalah salah satu pedagang di pasar Plaosan Magetan, informasi tersebut kami peroleh dari penjaga penginapan yang menjaga kebersihan dan menyediakan air panas untuk pengunjung yang menginap.
Tidak ada fasilitas lain selain meja kecil untuk meletakkan televisi tabung dan termos berisi air hangat dan beberapa gelas. Dengan harga Rp. 300.000 semalam, fasilitas yang kami peroleh cukup minim. Sedangkan untuk sarapan, karena saya tidak mau repot, saya menambah sarapan di luar tarif kamar.
Tarif makanan yang ditawarkan di sekitar penginapan cukup terjangkau, harganya masih standar, tidak jauh berbeda dengan tarif makanan yang dijual di Surabaya. Seperti sate kelinci dibandrol Rp. 15.000 per 10 tusuk, sate ayam Rp. 12.000 per 10 tusuk, nasi pecel Rp. 10.000 dengan lauk telur. Cukup terjangkau bukan?
Saat pagi hari ada juga penjual yang menjajakan dagangannya dengan cara mengunjungi kamar-kamar pengunjung, sehingga pengunjung tidak perlu repot mencari sarapan. Sobat Dy, tidak perlu khawatir untuk urusan perut, karena pedagang makanan kaki lima maupun warung makan tersebar di sepanjang jalan menuju telaga.
Penutup
Sebetulnya ada tempat wisata lain di sekitar Wisata Telaga Sarangan Magetan yang dapat dikunjungi. Hanya saja saat itu kami hanya ingin menikmati dinginnya udara dengan bersantai di penginapan dan berjalan kaki ke telaga.
Suasana yang berbeda, jauh dari hiruk pikuk aktivitas yang kami lakukan sehari-hari. Udara yang dingin mendukung untuk bersantai saja. Mungkin lain kali kami akan mengunjungi wisata lain sekitar Sarangan dan melakukan persiapan yang lebih baik lagi, sehingga dapat berlibur dengan menyenangkan dan dapat kembali beraktivitas dengan semangat yang lebih baik lagi setelah liburan.
Semoga informasi di atas bermanfaat ya Sobat Dy.
Berwisata di tempat yang adem, jauh dari hiruk pikuk keseharian pastinya akan membuat hati tenang, apalagi ditemani keluarga terdekat, pasti jadi momen bonding dengan keluarga
BalasHapusSejuk bgt sepertinya telaganya ya mbak. Penginapannya sederhana dan murah bgt biayanya. Makanan pun juga terjangkau sekali. Seru bgt liburan dengan harganya yg sangat terjangkau. Berwisata ga bikin dompet tipis hehe
BalasHapusDua kali ke Telaga Sarangan, tapi belum pernah menginap di sana. Lumayan juga 300rb dapat vila, meski minim fasilitas. Harga oleh-oleh di sana juga terjangkau, kok.
BalasHapusWah saya belum pernah ke Telaga Sarangan. Suasananya nampak mengasyikkan dan sejuk. Cocok untuk keluarga. Makasih referensinya kak
BalasHapusMembaca deskripsi tempatnya mirip dengan tempat yg baru aku kunjungi beberapa waktu lalu. Banyak penginapan juga.
BalasHapusSuka banget sama tempat wisata satu ini, udaranya sejuk, airnya dingin, duduk-duduk di tepi telaga sarangan sambil menikmati suasana indahnya alam dan kalo malam banyak orang jualan duh asik bgt!
BalasHapusJangan lupa sekalian staycation ya mba biar makin ser liburannye hhe
Jadi pengen ke telaga sarangan lagi 😁
Wah, makasih banyak mbak ulasannya. Aku udah masukin wishlist nih telaga sarangan, soalnya deket kalo dari rumah mertua. Hehehe. Tempat yang cocok buat liburan bareng keluarga sih ini emang. Btw, sarangan ini setahuku masih masuk Jawa Timur mbak. Cmiiw hehehe
BalasHapusDalah satu destinasi yang gagal dikunjungi berkali-kalai. Mulai rencana main ke Takeran Madiun hingga mau lanjut ke telaga sarangan abrenga temen2 komunitas, sampai sama teman2 yang lain, semua gagal belum terwujud ke telaga sarangan ini. Setidaknya dah terwakili dengan perjalanan mb dyah ini.
BalasHapusMbaa, Magetan itu daerah mana? Maklum aku kalau tak disebut Jawa bagian gk tau daerahnya (ntah akunya yg kelewat baca🙏) Hehehe
BalasHapusBtw paling suka niih tempat2 wisata yg ada cerita leluhurnya gini, jadi nambah ilmu sejarahnya
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusMagetan itu di Jawa Timur mbak
HapusAku pertama kali tahu nama Sarangan itu dari permainan monopoli. Emang disitu tempat wisata, rupanya itu ada telaganya juga ya. Baiklah kalah main ke Jawa Tengah bisa ke Sarangan.
BalasHapusSaya kira telaga sarangan du magetan itu panas mbak, setelah baca artikel ini ternyata telaga sarangan itu sejuk dan dingin yaa... jd ingin kesana deh bersama keluarga
BalasHapus