Toilet training adalah pelatihan agar anak dapat buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) di toilet. Selain itu, anak dilatih agar dapat mengendalikan keinginannya BAB dan BAK teratur.Ada beberapa tahapan toilet training yang perlu Bunda tahu, lo. Yuk ... yuk cari tahu apa saja tahapannya.
Tidak ada batasan usia anak yang pasti untuk memulai toilet training. Hal ini tergantung kesiapan anak yang dapat diketahui dari kematangan fisik dan psikologis.
Umumnya anak berusia sekitar 1,5 tahun (18 bulan) hingga usia 2,5 tahun (30 bulan). Saraf dan otot yang mengatur keluarnya tinja dan urine baru matang setelah anak mencapai usia 18 hingga 24 bulan.
Pada anak dengan kondisi khusus, misalnya anak dnegan keterlambatan perkembangan, maka toilet training dapat dimulai lebih lambat.
Keberhasilan toilet training diukur dari pemahaman anak dalam menggunakan toilet untuk buang air baik BAB maupun BAK. Sedangkan bagi orangtua atau pengasuh diperlukan kesabaran dan konsisten. Sudahkah disiapkan stok sabarnya, Sobat Dy?
Hal penting lain yang perlu diketahui adalah seorang anak yang mampu buang air di toilet secara mandiri merupakan salah satu tahapan penting menuju kemandirian. Oleh karena itu toilet training penting untuk dilakukan.
Tanda Anak Siap Melakukan Toilet Training
Berikut adalah tanda anak sudah siap melakukan toilet training :
- Anak mengetahui fungsi toilet untuk buang air
- Anak mampu mengembalikan benda-benda ke tempatnya baik diminta ataupun tidak
- Anak dapat berjalan dan duduk dengan baik
- Anak dapat mengenali dan menyampaikan rasa ingin buang air (BAK atau BAB)
- Anak mampu melepas dan mengenakan sendiri pakaian
- Anak mulai mendorong celana atau popok sampai lepas ketika basah atau kotor.
- Anak tidak BAK atau BAB di celana atau popok setidaknya selama dua atau tiga jam.
- Anak mengamati alat kelaminnya.
- Anak meniru cara orangtua atau pengasuh menggunakan toilet
Tahapan Toilet Training
Beberapa hal yang perlu diketahui lebih dahulu tahapan anak ketika ingin BAB atau BAK sebagai berikut :
- Anak dapat merasakan adanya tekanan di kandung kemih atau rasa mulas.
- Anak belajar menanggapi tanda tersebut dengan "berlari" menuju toilet atau pispot.
- Anak dapat melepas pakaiannya dan memposisikan dirinya secara nyaman di pispot atau kloset, serta car menahan keinginan.
- Membersihkan bagian tubuh sekitar tempat buang air
- Mengenakan pakaian sendiri.
- Menyiram toilet
- Mencuci tangan
Tingkatkan rasa percaya diri anak bahwa ia dapat melakukannya sendiri. Berikan pujian jika setiap tahapan dapat dilalui dengan baik. Pendekatan yang baik dapat membuat anak merasa tidak dipaksa untuk buang air di toilet.
Apabila anak merasa tidak nyaman buang air di toilet, anak akan menahan buang air. Jika hal ini terjadi dikhawatirkan akan berdampak pada hal lainya.
Hambatan Dalam Toilet Training
Apabila anak merasa tidak nyaman buang air di toilet, anak akan menahan buang air. Jika hal ini terjadi dikhawatirkan akan berdampak pada hal lainya.
Beberapa hal yang dapat menghambat proses toilet trainig :
Anak tidak nyaman untuk buang air di toilet
Misalnya lantai licin sehingga menyebabkan anak jatuh. Sebaiknya orangtua atau pengasuh membuat anak merasa nyaman untuk buang air dan tidak ditakut-takuti.
Sikap orangtua atau pengasuh yang cemas
Mungkin tanpa disadari akan menghardik anak, karena ingin anak segera lulus toilet training. Anak akan menahan buang air karena takut dimarahi.
Saat anak sedang dalam kondisi tidak sehat mungkin kemajuan melakukan toilet training tidak banyak bahkan berkurang. Hal tersebut wajar terjadi. Hindari memberi tekanan atau reaksi berlebihan saat hal ini terjadi. Tetap dukung pencapaian anak.
Jika kondisi sudah embali normal, anak akan segera kembali pada kemampuan yang sudah dicapainya.
Anak sembelit
Bersamaan dengan training lainnya
Usia dua tahun adalah saatnya untuk menyapih anak dari air susu ibu (ASI). Sebaiknya saat menyapih tidak bilakukan bersamaan dengan toilet training, karena akan membuat anak semakin tertekan.
Kesiapan Orangtua
Tidak hanya kesiapan anak yang diperhatikan saat akan melakukan toilet training. Namun, kesiapan orangtua atau pengasuh juga perlu diperhatikan. Bunda dapat melakukan toilet training pada anak jika tidak menghadapi situasi berikut :
- Mendekati waktu melahirkan
- Sedang dalam tekanan pekerjaan atau hal lain
- Ketika salah satu anak membutuhkan perhatian lebih
Beberapa Hal Penting Saat Proses Toilet Training
Ajarkan anak mengutarakan keinginan BAK dan BAB
Menjelaskan apa itu BAK dan BAB pada anak saat ia melakukannya. Lokasi untuk melakukan BAK dan BAB. Berikan contoh untuk melakukan BAK dan BAB, seperti duduk di toilet.
Biasakan mengenali isyarat ketika anak akan buang air, seperti ekspresi wajah, perilaku tertentu atau posisi tertentu. Tanyakan apakah anak ingin ke toilet.
Ajarkan anak untuk mengutarakan keinginan BAK dan BAB dengan bahasa yang mudah diucapkan. Misalnya : pipis untuk BAK dan pup untuk BAB.
Ajari anak hubungan antara ingin BAK atau BAB dan pergi ke toilet. Pada awal proses, kadang tidak langsung berhasil. Kadang anak baru mengatakan 'pipis' setelah BAK di luar toilet. Jelaskan kembali bahwa tempat BAK adalah di toilet.
Latihan buang air
Latihan buang air dapat dimulai satu kali sehari pada waktu yang sama, misalnya di pagi hari saat mandi pagi. Kemudian periodenya dinaikkan bertahap jika proses sebelumnya telah berhasil.
Kurangi pemakaian popok sekali pakai secara bertahap. Mulai kenakan celana kain biasa pada siang hari. Saat ini juga sudah ada celana untuk toilet training, biasanya bisa menampung satu kali BAK sebelum 'bocor'. Kendali buang air saat tidur mungkin baru timbul satu tahun setelah anak mampu menahan buang air di siang hari.
Normalnya, anak BAK tiap 2-3 jam sekali. Untuk memudahkan mengingatnya, Bunda dapat menggunakan alarm setiap 2 jam. Ketika alarm berbunyi, ajak anak ke toilet untuk buang air.
Ketika anak berhasil buang air di toilet siang hari, mulai ajari anak buang air di malam hari sebelum tidur. Apabila anak masih sering BAK di malam hari, mungkin perlu mengajak anak untuk BAK sekali di tengah malam.
Bertahap anak akan terbiasa BAK dan BAB di toilet. Jika anak belum dapat mengendalikan buang air hingga usia tujuh tahun, coba untuk berkonsultais dengan dokter anak.
Ajari anak untuk membersihkan diri
Ajari anak untuk membersihkan alat kelaminnya yang benar sejak dini, yaitu dari arah depan ke belakang. Selain itu ajarkan anak untuk membersihkan atau menyiram kloset dan mencuci tangan dengan sabun setiap selesai BAK atau BAB.
Hal ini bertujuan agar membersihkan diri dari kuman yang menyebabkan penyakit infeksi. Namun, anak baru dapat melakukan ini sekitar usia 4-5 tahun.
Penutup
Cukup banyak tahapan toilet training yang perlu Bunda tahu, bukan. Namun, jangan menjadikan hal tersebut hambatan, karena proses toilet training ini adalah salah satu tahapan untuk melatih kemandirian anak. Hal ini sangat dibutuhkannya kelak. Yuk, ceritakan pengalaman melakukan toilet training pada anak di kolom komentar.
Referensi
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/toilet-training#:~:text=Tahap%20toilet%20training%20meliputi%20penyampaian,alami%20dalam%20hidup%20sehari%2Dhari.
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3131420/kiat-tepat-toilet-training-untuk-anak
Alhamdulillah sudah terlewati bun, pas mulai kayak lama banget dan capek, pas udah kelar, la ding kok udah pada gede aja ya..
BalasHapusAku nih bun dalam fase ini, PRnya masih di BAK popoknya basah trus e
BalasHapusngeliat temen-temen yang sudah punya anak nglewatin fase toilet trainning tuh amazing ya, semoga ilmu ini bisa diterapin suatu saat jika sudah menikah dan punya anak :)))
BalasHapusSaya baru mau mulai TT nih mba. Semoga bisa terlewati dengan minim drama. Hehe
BalasHapusartikelnya membantu banget mbaaa.