"Ibu sahabat pena itu apa? Apa bedanya dengan sahabat biasa? " tanya Nindi pada Ibunya.
"Maksudnya sahabat biasa apa?" Ibu kembali bertanya pada Nindi.
"Sahabat, seperti sahabatku Rani dan Wulan," jelas Nindi.
"O, begitu. Kurang lebih hampir sama. Kalau Rani dan Wulan, kan Nindi sering bertemu. Sedangkan sahabat pena adalah pertemanan yang terhubung dengan surat. Mereka jarang bertemu, bahkan ada yang tidak pernah bertemu," jawab Ibu.
"O, begitu," Nindi berusaha memahami penjelasan Ibu.
"Di majalah ini ada cerita tentang sahabat pena Bu, sepertinya seru. Aku ingin mempunyai sahabat pena, seperti cerita ini," jelas Nindi sambil menunjukkan sebuah rubrik di majalah ke Ibu.
"Ibu pernah mempunyai sahabat pena?" tanya Nindi.
"Pernah, Ibu punya dua sahabat pena saat Ibu SD," jawab Ibu.
"Namanya Asma, saat itu tinggal di Mataram dan Uli, tinggal di Palu Sulawesi Tengah," lanjut Ibu.
"Kami bertukar kabar melalui surat," lanjut Ibu.
"Sampai saat ini, Bu?" tanya Nindi.
"Saat ini bertukar kabarnya melalui telepon WhatsApp," jawab Ibu tersenyum.
"Teknologi sudah banyak berubah, kami memanfaatkan teknologi yang ada," lanjut Ibu.
"Bagaimana caranya Aku mempunyai sahabat pena ya Bu? Aku juga ingin mempunyai sahabat pena," tanya Nindi.
"Nindi ingat dengan Ratna, anak tante Ajeng, teman Ibu?” tanya Ibu.
“Ingat, teman Ibu waktu sekolah, kita pernah bertemu di Solo ya, Bu?" jawab Nindi.
"Iya, betul. Ternyata Nindi masih ingat ya, coba kirim surat ke Ratna, ajak untuk menjadi sahabat pena," usul Ibu.
Nindi pun menyetujui saran ibunya dan mengirimkan surat ke Ratna. Selang dua minggu sebuah surat balasan dari Ratna diterimanya. Dengan suka cita dibukanya amplop yang berwarna merah muda itu.
Hai Nindi, terima kasih sudah mengirimiku surat. Aku mau jadi sahabat penamu. Aku kirimkan gelang buatanku sendiri, semoga Kamu suka. Begitu isi surat dari Ratna.
"Ibu, Ratna mau menjadi sahabat penaku. Ini juga ada gelang buatan Ratna untukku," ujar Nindi riang sambil menunjukkan gelang dari Ratna yang bertuliskan namanya itu.
Nindi dan Ratna akhirnya menjadi sahabat pena. Mereka saling berkirim kabar melalui surat, menceritakan pengalaman yang mereka alami sehari-hari.
Walaupun sesekali berkabar menggunakan telepon, menggunakan telepon selular ibu mereka masing-masing.
Tulisannya enak dbaca, dlm tulisannya kt jg dgiring utk mndptkan informasi² yg dsmpaikn scara g langsung dlm dialog²nya. Aku suka sekali sm style tulisanmu
BalasHapus