Ana, kakaknya berusaha membangunkan Ani-adiknya dengan cara menggoyangkan tubuh Ani perlahan-lahan.
"Ani, yuk bangun. Kita jalan-jalan mengelilingi perumahan," ajak Ana sambil berbisik di telinga Ani. Ana duduk di tepi tempat tidur menunggu Ani terbangun.
"Kata Ayah, kita tidak boleh tidur setelah salat subuh, karena Allah menurunkan rezeki setelah salat Subuh," lanjut Ana.
Ani pun terbangun dan duduk menghadap Ana.
"Iya, Kak," jawab Ani menganggukan kepala dan menahan kantuk.
Tak berapa lama Ani beranjak bangun dan merapikan tempat tidurnya. Kemudian menuju kamar mandi untuk membersihkan dan merapikan diri.
Ayah dan ibu yang telah menunggu mereka berdua di teras rumah segera berdiri dan berjalan menuju pagar. Ayah memberikan kode agar mereka berdua mengikuti langkahnya.
"Udaranya sejuk ya, Kak," ujar AniAna mengangguk tanda setuju. Udara pagi itu segar sekali, tidak banyak polusi udara karena tidak banyak kendaraan bermotor yang berlalu lalang.
Ana dan Ani berjalan berdampingan, mengikuti kedua orang tuanya menuju fasilitas umum perumahan.
“Yah, beli bubur ayam itu, ya. Aku lapar, nih,” pinta Ana pada Ayahnya saat melihat penjual bubur ayam yang ramai dikunjungi pembeli.
Ayah pun mengangguk menyetujui permintaan Ana. Mereka berempat menikmati bubur ayam di warung penjual bubur ayam yang terletak di tepi lapangan. Lapangan yang terletak di tengah perumahan ramai dikunjungi penduduk sekitar di hari Minggu pagi. Ada yang berjalan atau berlari mengelilingi lapangan. Ada yang duduk-duduk di bangku taman. Ada pula ya yang bermain, termasuk lompat tali.
“Bismillah,” ucap Ana dan Ani hampir bersamaan sebelum menikmati bubur ayam. Ayah, ibu, Ana dan Ani menyantap bubur ayam yang dipesannya.
"Kak, Aku ingin main lompat tali seperti anak-anak di sana," ujar Ani. Tampak sekelompok anak sedang bermain lompat tali di lapangan.
"Kakak juga suka main lompat tali. Kemarin, kakak bermain bersama teman-teman di sekolah, menggunakan karet gelang,"ujar Ana.
“Aku mau main lompat tali juga, Kak,” pinta Ani.
“Di rumah ada karet gelang yang bisa dipakai untuk lompat tali, lo” sahut Ibu.
"Tuh, Ibu punya karet gelang, Dik. Nanti kita buat talinya dulu menggunakan karet gelang," lanjut Ana.
---
Setibanya di rumah, Ibu menunjukkan karet gelang yang ada di dapur.
“Aha, ini karet gelangnya, Dik,” ujar Ana sambil menunjukkan karet gelang warna warni.
“Hore, kita buat talinya yuk Kak. Tolong beri tahu cara membuatnya, ya," pinta Ani.
"Yuk, kita buat bersama," ajak Ana. Ana memberikan contoh merangkai karet gelang. Mereka berdua merangkainya menjadi tali panjang yang akan digunakan untuk lompat tali.
"Wah, seru ya merangkai karet gelang ini!" seru Ani.
"Iya dong, membuat mainan sendiri tetap asyik, kan" ujar Ana.
"Mudah membuatnya," imbuh Ani.
Setelah selesai, Ani membawa karet gelang yang sudah dirangkai menjadi tali. Dia menunjukkan hasil karyanya pada Ibu.
"Mudah bukan membuatnya. Pintar anak Ibu!" puji Ibu dan tersenyum melihat tingkah putri-putrinya.
"Sekarang kita cari teman-teman, yuk. Enggak seru kalau main sendiri,” ajak Ana. Ana dan Ani pamit untuk bermain ke rumah temannya pada ibunya.
“Mira, yuk main lompat tali. Aku sudah punya talinya, lo,” ajak Ani, setibanya di rumah Mira.
“Yuk, aku juga mau main lompat tali,” jawab Mira seraya minta izin pada ibunya untuk pergi bermain.
“Kita mulai dari yang mudah dulu ya. Mulai dari mata kaki, kemudian naik ke lutut,” tutur Ana menjelaskan permainan
“Jika nanti kalian bisa melompati tali, maka tinggi tali dinaikkan lagi sampai ke pinggang, bahu dan terakhir sampai kepala,” lanjut Ana.
"Wow, tingginya, Kak. Aku belum bisa," ujar Ani.
"Tidak apa-apa, nanti kita coba sebisanya saja dulu," jawab Ana.
Ani dan Mira memegang ujung tali yang berlawanan. Ana bersiap-siap melompati tali yang dipegang Mira dan Ani untuk memberi contoh permainan.
“Aku sudah tahu caranya, aku yang loncat dulu, ya,” pinta Ani.
“Lo kok begitu, hompimpa aja supaya adil,” pinta Mira.
Mira cemberut dan menyodorkan tangannya, mengajak hompimpa Ana dan Ani.
“Mira betul, Dik, supaya adil, kita hompimpa saja, nanti yang menang dapat lompat duluan, jika gagal lompat, berganti ke yang lain,” jawab Ana
Mira, Ana dan Ani hompimpa untuk menentukan siapa yang akan loncat terlebih dahulu.
“Aku yang menang, jadi aku yang lompat dulu, ya,” ujar Mira dan bersiap-siap loncat melompati tali yang dipegang Ana dan Ani
Ani dan Ana memegang ujung tali yang berlawanan. Wajah Ani cemberut karena kalah, tetapi dia tetap mau bermain.
“Seru ya kak, bermain bersama, memanfaatkan yang ada,” ujar Ani.
Mereka bertiga bergantian melompati tali sesuai giliran bermain. Bertahap melompati tali dimulai dari titik terendah hingga semakin tinggi. Melompat lebih tinggi ternyata dapat dilakukan Ani yang baru belajar lompta. Ternyata tidak perlu takut untuk mencoba.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel hingga akhir. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup.
Kritik dan saran membangun sangat dinanti.
Terima kasih